Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2011

Berhenti Berharap

Lyric : Sheilaon7 Aku tak percaya lagi Dengan apa yang kau beri Aku terdampar di sini Tersudut menunggu mati Aku tak percaya lagi Akan guna matahari Dengan mampu menerangi Sudut gelap hati ini Aku berhenti berharap Dan menunggu datang gelap Sampai nanti suatu saat Tak ada cinta kudapat Kenapa ada derita Bila bahagia tercipta Kenapa ada sang hitam Bila putih menyenangkan... Chorus: Aku pulang... Tanpa dendam Kuterima.. kekalahanku Aku pulang... Tanpa dendam Kusalutkan.. kemenanganmu Bridge: Kau ajarkan aku bahagia Kau ajarkan aku derita Kau tunjukkan aku bahagia Kau tunjukkan aku derita Kau berikan aku bahagia Kau berikan aku derita More lyrics: http://www.lyricsfreak.com/s/sheila+on+7/#share

Memori Sekolah Tingkat Pertama

Tulisan ini sengaja saya tuliskkan untuk mengasah kembali potongan waktu saat saya berada di sekolah menengah pertama atau SMP. Saat itu saya bersekolah di SMP 5 surabaya, yang hanya berjarak sekiitar satu kilometer dari rumah Ma'wa (bude saya). masuk dari sekolah daerah kecil di salah satu kota kecil di jawa timur awalnya mambuat saya agak takut. untungnya nilai saya pada waktu itu lumayan sehingga jalan masuknya diperlancar (ga kkebayang betapa culunnya saya pada saat itu). Saat masuk sekolah saya berusia 12 tahun, tepatnya pada tahun 1999. Saya masuk eklas 1D pada saat itu. Teman sebangku saya saat itu adalah Sudarwati, gadis berpostur kecil dan bertubuh sawo matang dengan wajah manis (hingga sekarang saya belum pernah kontak dengan dia). Setiap hari berangkat atau pulang sekolah saya berjalan kaki dengan sahabat-sahabat saya dwi feni aprilia dan Prila nusanti yang memang arah rumahnya satu jalur. Ada hal lucu juga, saat itu saya juga pernah bertengkar hebat dengan Arlince Silit

Valentine Day Kala Itu...

Valentine Days...alias hari kasih sayang. banyak kontoversi yang menyelimuti hari kasih sayang tersebut. Saya toh tak mau ambil pusing tentang kontroversi itu, yang jelas kalau tujuannya sudah berlebihan dan mengarah ke hal negatif 100% saya menentang. Di Umur saya yang 23, 5 tahun ini, saya tak lagi ikut-ikutan merayakan hari pink alias valentine tersebut. Hari yang digadang-gadang oleh banyak orang sebagi hari valentine tersebut terakhir kalau tidak salah ingat saya rayakan saat saya masih ABG yakni kelas dua SMA. Bebicara masalah Valentine dan ABG, saya masih ingat pada saat SMP (saya lupa kelas 2 atau kelas 3), saya dan teman-teman ikut larut bergembira merayakan hari Valentine tersebut. Saat itu, kami merancang sebuah pesta kecil-kecilan di rumah teman yakni Mbak Rosidah (di daerah dekat osowilangun, hey ingatan saya masih bekerja !). Kami membuat acara tukar kado dan say ajuga sebagai panitia ikut memasak sedikit snack untuk acara tersebut. Kalu tidak salah ingat, kami sempet mem

The Testament : Berpetualang Menuju Hutan Pedalaman Brazil

Akhir pekan adalah waktu bermalas-malasan dan membaca apapun. Kebetulan stock bacaan saya pada akhir pekan ini adalah The Testament (Surat Wasiat) yang ditulis oleh penulis terkenal dunia yang cukup tampan, seorang pengacara yakni Om John Grisham. The Testament adalah buku keempat dari sekitar dua puluhan buku yang ditulis oleh John Grisham. Buku ini masih bercerita tentang fiksi hukum, layaknya buku John Grisham lainnya. Namun, pada buku ini lebih khusus ke masalah-maasalah yang berkaitan dengan surat wasiat. Pastinya, seperti buku Om John yang lain saya jadi belajar tentang hukum. Jika teman-teman ingin belajar tentang hukum, percaya deh baca buku fiksi om John bakalan nambah pengetahuan hukum. Cerita paada buku the Testament ini diawali ketika seorang pengusaha bernama Troy Phelan yang memiliki harta sebesar sebelas miliar dolar (wow,,bingung klo jadi IDR berapa banyak) mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri dengana cara melompat dari apartemennya yang sangat mewah. Sebelum aks

Misteri Toples Kaca (Bag. 1)

Aroma kebahagian menyeruak ke permukaan saat memasuki bulan April. Keempat sahabat lama itu Lidya, Diah, Tri, dan Asti sudah sudah bersepakat untuk melewatkan cuti tahunan pada tanggal yang bersamaan dan menghabiskannya dengan liburan bersama ke Pulau Tidung yang terletak di Kepulauan Seribu. “Semua akomadasi sudah dipesan di agen wisata, semua sudah beres, tinggal berangkat aja :D”, ketik Lidya di hapenya yang dikirim ke tiga temannya. Hari minggu, di tempat yang telah disepakati. “ Aduh Lidya, liburan tiga hari aja bawaannya udah kayak sebulan”, Diah spontan berbicara saat melihat Lidya menyeret travel bag besar. “ He…biar tetep Ok”, jawab Lidya sambil tersenyum.“ Hmmm..kenapa Tri belum datang?”. “Kamu ini, seperti tidak tahu kebiasaan Tri saja”, timpal asti. “Oi…oi..aku datang”, Tri berteriak sambil bernafas tersengal-sengal. “Ayo kita berangkat..”, Tri mengajak teman-temannya. “Kita di sini saja. Sebentar lagi agen wisatanya akan menjemput kita di sini”, terang Lidya. Tiba-tiba su

Surat Warisan

Akhir Juli, 1999 Wanita itu menegakkan kepalanya yang lama tertunduk. Setelah sekian lama ia bermain sandiwara saat semua rekan dan sahabat datang ke rumah dukanya datang untuk menyampaikan belasungkawa kepada suaminya yang baru saja meninggal. Suaminya Teddy Gondowijoyo, seorang pengusaha kaya negeri ini yang sudah berusia 60 tahun, dan dia satu-satunya istri sah. Wanita itu lalu memencet tombol-tombol angka yang ada di ponselnya. “ Jeng Dina, perhiasan yang ibu tawarkan kemarin saya akan membelinya”, ujar sang wanita itu. “ Tapi harganya tidak bisa ditawar lagi, sudah pas”, balas suara dari ujung telepon itu. “ Tenang Jeng, saya tidak akan menawar. Harga yang ditawarkan jeng Dina sudah pasti saya bisa bayar. Barangnya bisa dikirimkan sekarang juga?”, tanyanya sambil mencoret-coret kertas di hadapannya menghitung berapa harta warisan yang akan diperolehnya sepeninggal sang suami. “ Wah kalau belum ada uang muka saya belum bisa memberikan barangnya”, terdengar nada meninggi da