Skip to main content

Misteri Toples Kaca (Bag. 1)


Aroma kebahagian menyeruak ke permukaan saat memasuki bulan April. Keempat sahabat lama itu Lidya, Diah, Tri, dan Asti sudah sudah bersepakat untuk melewatkan cuti tahunan pada tanggal yang bersamaan dan menghabiskannya dengan liburan bersama ke Pulau Tidung yang terletak di Kepulauan Seribu.

“Semua akomadasi sudah dipesan di agen wisata, semua sudah beres, tinggal berangkat aja :D”, ketik Lidya di hapenya yang dikirim ke tiga temannya.

Hari minggu, di tempat yang telah disepakati.

“ Aduh Lidya, liburan tiga hari aja bawaannya udah kayak sebulan”, Diah spontan berbicara saat melihat Lidya menyeret travel bag besar.

“ He…biar tetep Ok”, jawab Lidya sambil tersenyum.“ Hmmm..kenapa Tri belum datang?”.

“Kamu ini, seperti tidak tahu kebiasaan Tri saja”, timpal asti.

“Oi…oi..aku datang”, Tri berteriak sambil bernafas tersengal-sengal. “Ayo kita berangkat..”, Tri mengajak teman-temannya.

“Kita di sini saja. Sebentar lagi agen wisatanya akan menjemput kita di sini”, terang Lidya.

Tiba-tiba suara klakson terdengar.

“Nah itu dia agen wisatanya. Ayuuk”, ajak Lidya kepada Asti, Tri dan Diah.

“Eh bantuin aku angkat tasku”, ujar Asti.

Satu persatu travel bag dimasukkan ke dalam bagasi yang sudah disediakan. Mereka pun masuk ke mobil . Di belakang kemudi sudah duduk lelaki paruh baya berkacamata hitam.

“Sudah siap semua mbak?”, tanya supir itu memecah keheningan.

“Oh,,,siap”, Diah mewakili temen-temnnya menjawab pertanyaan itu.

Mobil pun melaju ke arah Jakarta utara tepatnya ke arah Muara Angke untuk selanjutanya menggunakan transportasi air ke Pulau Tidung.

“Ciettt”, suara rem mendadak mobil. Hampir saja mereka menabrak seorang Nenek tua yang menyebrang jalan.“Pranggg!!”, suara pecahan kaca terdengar sepersekian detik setelah mobil tersebut mengerem.

“Aaaa…, kenapa ada suara kaca pecah?”, Teriak Diah disertai rona wajah kaget lalu diia melongok ke jok belakang yang merupakan sumber suara.

“Pak Supir, banyak kaca di Jok belakang. Toples yang bapak bawa pecah semua”, Dia menerangkan setelah melihat pecahan kaca di jok belakang.

“Memang toples sebanyak itu untuk apa Pak?”, Asti bertanya.

“Mmmmm…”, bapak supir itu berusaha menjawab.

“Untuk pasir pantai ya Pak”, Tri menimpali.

“Iya, bisa juga. Agen wisata tempat saya bekerja memang gemar mengkoleksi sesuatu yang antik.

“Oh,,,gitu”, Diah berkata sambil mengangguk-anggukkan kepala.

‘Uh,,,Aku pusing. Kok tiba-tiba bau anyir ya pak?, bau darah”, keluh Lidya.

(Bersambung)


sumber gambar : awalsoleh.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Informasi Biaya Persalinan di Banjarbaru

"Setiap anak ada rejekinya masing-masing" Begitu kata banyak orang. Meskipun demikian, perencanaan juga perlu, termasuk perencanaan keuangan pas mau melahirkan. Perubahan fisik ibu hamil juga pasti menuntut biaya yang tidak sedikit. Bra udah mulai ganti model ke model menyusui, baju-baju tanpa kancing bukaan depan sudah mulai disimpan. Itu baru untuk ibu. Jangan lupa juga siap-siap untuk calon dedek bayi yakni peralatan sehari-hari juga bajunya.  Sudah banyak banget yang bahas daftar perlengkapan apa saja untuk menyambut kelahiran dedek bayi. Namun, gak banyak yang kasih info biaya persalinan di banjarbaru kan.  Nah, buat ibu-ibu yang lagi itung-itung biaya persalinan di sekitaran banjarbaru..nyoh tak kasih infonya :)  Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda, Martapura  Persalinan Caesar                         : 18-23 juta Persalinan Normal                        :   8-12 juta Paket Sudah termasuk obat, ruangan, dokter, dll. Rincian tersebut dibedakan te

Maju Mundur Ikut Program Hamil di Banjarmasin

Sebenernya pengen keep secret usaha promil saya karena males ditanya-tanya. Tapi gak ada salahnya di-share, siapa tau ada yang perlu cari-cari info tentang tentang program hamil terutama di kota yang gak gede-gede banget dan gak kecil-kecil banget yakni di Banjarbaru ato Banjarmasin. Semangat ini muncul karena ternyata postingan tentang test HSG saya juga banyak yang baca...jadinya makin semangat biar lebih banyak yang baca dan muncul kesadaran tentang apa-apa yang akan saya ceritakan terutama masalah infertilitas yang masih dianggap sebagai hal yang memalukan. Padahal, yaa menurut kami sama aja kayak penyakit biasa yang bisa disembuhkan dan selalu ada harapan kok.  *** Jadi, saya menikah Februari 2014. Setelah menikah kami LDR Bogor-Batu licin (Kalsel), karena saya masih kudu sekolah S2. Lalu saya pindah ke Banjarbaru, eh suami saya dipindah ke Kalbar tepatnya di Ketapang. Kalo gak salah hampir setahunan. Lalu, suami resign dan pindah ke Kalimantan Tengah. Jadi, mending deh ket

Cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin

Di blogpost kali ini, saya ingin cerita pengalaman saya cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin. Sharing tentang kegiatan TTC saya memang saya hindari selama ini. Tapi melihat informasi di internet yang minim tentang hal-hal berkaitan dengan usaha-usaha TTC di wilayah Kalimantan Selatan, saya jadi berubah pikiran. Saya akhirnya berfikir, siapa tahu artikel yang saya tulis bisa bermanfaat bagi banyak orang yang juga sedang berusaha untuk berusaha punya anak kayak saya. Biar saling menyemangati. Setelah hampir tiga tahun tak kunjung hamil, sudah cek ke dokter spesialis kesuburan dan dibilang normal, saya inisiatif sendiri untuk melakuakn cek HSG. Oh ya, cek HSG ini fungsinya untuk melihat apa ada penyumbatan di saluran indung telur. Di wilayah Banjarmasin,ada tiga rumah sakit yang melayani HSG. Pertama, RSUD ulin yang merupakan rumah sakit pemerintah. Kedua adalah RS sari mulia, Dan yang ketiga lupa hehheeh. Awalnya sih mikir mau ke RS Sari Mulia karena pasti pelayanannya baik, tapi