Di kota minim interaksi ini, aku meromantisasi keterasingan. Alam di sini sangat indah. Infrasturktur juga berdiri kokoh dengan keteraturannya yang luar biasa. Namun, kehangatan manusia di sini serupa dengan cuaca di bulan Januari.
Di waktu yang sama dan tempat yang sama aku menciptakan cerita sendiri tentang wajah-wajah asing itu.
Setiap pagi kala aku mengantarkan anakku pergi ke sekolah. Di seberang lampu merah itu, ada laki-laki mungkin menjelang 40. Dia selalu bersandar di gedung dekat lampu merah itu sambil mengenakan jaket berwarna hijau army-nya itu. Dia menatap jalan seraya menikmati rokok yang dipegangnya di ujung-ujung jarinya. Dia terlihat lelah. Tapi, mungkin itu yang dilihatnya juga ketika melihatku. Mungkin begitulah hidup di fase-fase usia itu. Lelah tapi harus tetap berusaha. Enggan tapi tak ada pilihan.
Setiap kali melintasinya, aku ingin seraya berkata "Semoga harimu menyenangkan". Namun, kalimat itu tentu saja hanya terucap di benakku tanpa perlu terdengar. Barangkali, Tuhan mengirimkan orang asing ini untuk mewarnai pagi di dinginnya bulan Januari.
Comments
Post a Comment