Tiga bulan terakhir hidup sedarderdor itu. Masalah yang tidak berujung dengan pembimbing. Lalu, sakit karena virus yang datang dan pergi. Pada titik ini, tak pernah terbayangkan keluar apartemen saja bisa jadi prestasi. Mual yang tak berkesudahan karena kecemasan. Kepercayaan diri di titik terendah. Dahlah serumit itu. Sampai sekarang masih berproses memproses semua dan mengurai satu persatu kerumitan. Doakan saya, bisa melewati semua sehat dan tenang. Sekian update kehidupan.
Di bulan bertepatan dengan bunga-bunga mulai bermekaran ini, ada satu hal yang membuat hati ini runtuh laksana daun di musim gugur. Hal itu membuat saya berfikir berhari-hari betapa aku tak mahir di apapun. Akulah si medioker itu. Tak mahir di hal apapun. Namun, aku cukup percaya diri berkata jika aku tak sebodoh itu. Jadi istripun aku medioker, jadi ibu juga medioker. Lalu jadi pelajar akupun medioker, jadi pegawaipun medioker. Seorang temen berkata, jika jadi medioker saja kita hidup. Lantas, kenapa bersusah payah jika memang tidak mahir. Ya, itu benar juga. Namun, merasa tidak cakap dalam suatu hal juga menyebalkan.