Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2011

Menguak Kejayaan Kota Pasuruan Masa Lalu

Setelah beberapa saat kemarin saya gandrung belajar psikologi, kali ini saya terpengaruh apa lagi jadi berkeinginan belajar sejarah dan budaya. Dan hasil keinginan tak berdasar tersebut saya membeli dua buku hari ini. Buku pertama yang saya beli berjudul “ Kebudayaan Indis” karya Djoko Soekiman dan buku “Petualangan Antropologi” tulisan Sugeng Pujileksono. Dan…..jeng..jeng buku yang berjudul Kebudayaan Indis yang pada intinya membahas perkawinan budaya pribumi (jawa) dengan Eropa ini saya suka sekaliiiiii. Ada juga surprise dari buku ini, yakni fakta yang mengkisahkan sejarah Kota Pasuruan pada zaman Belanda dulu, dan saya baru dengar (sumpah!). Lalu saya searching di google tentang pasuruan, dan ternyata oh ternyata banyak sejarahnya dan saya baru tahu (norak banget, kemana aja ya saya selama ini padahal sudah 9 tahun hidup di Pasuruan). And the story begin….. Kota pasuruan, adalah sebuah kota (baca: kota kecil menurut penulis) terletak sekitar 75 km sebelah Tenggara kota Su

Membelah Sungai Kapuas

Sungai Kapuas merupakan salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat di Kalimantan Barat. Sungai terpanjang di Indonesia ini (1143 km), merupakan urat nadi bagi perekonomian masyarakat Kalimantan Barat dari zaman dulu hingga sekarang. Dulu, sungai ini merupakan sarana utama penghubung antarwilayah di Kalimantan Barat. Transportasi air di Kalimantan Barat memegang peranan penting bagi perekonomian, terutama dulu saat infrastruktur belum semapan sekarang. Bicara tentang Pontianak, mau tak mau kita tak bisa lepas dari Sungai Kapuas. Sungai Kapuas membelah kota pontianak menjadi tiga bagian yakni Pontianak Barat dan Selatan, Pontianak Timur, dan Pontianak Utara. Hal ini menjadikan kegiatan menyebrang Sungai Kapuas adalah hal yang rutin dilakukan oleh masyarakat Pontianak. Jembatan Kapuas, atau yang sering disebut sebagai jembatan tol Kapuas merupakan sarana utama dalam menyebrang Sungai Kapuas. Terdapat dua jembatan yang membelah Sungai Kapuas, yakni jembatan kapuas yang

Berbagi Kemeriahan Imlek di Pontianak

Imlek 2011 adalah Imlek pertama saya di kota Pontianak, dimana etnis Tionghoa bukan minoritas di sini. Luar biasa, dua kata yang bisa menggambarkan kemeriahan imlek di kota Pontianak. Seminggu sebelum Imlek, kota ini sudah memerah dengan gantungan lampion dan kertas merah yang diatasnya terdapat tulisan-tulisan cina di setiap rumah, gedung pemerintahan, mall, bahkan gang-gang kecil di kawasan padat penduduk. Penjual hiasan Imlek serta buah jeruk yang merupakan perlambang keberuntungan berjamur di badan-badan jalan kota Pontianak. Warna merah paling mencolok di pusat kota Pontianak, yakni jalan Gajahmada yang merupakan lokasi central masyarakat etnis tionghoa bermukim. Vihara-vihara penuh oleh jemaat yang melakukan sembahyang. Kesan luar biasa sangat terasa saat menjelang malan tahun baru, yakni pada Rabu, 2 Februari 2011. Perayaan Imlek terbesar yang pernah saya lihat sepanjang hidup saya. Pada rumah yang merayakan imlek, pintu dan jendela dibuka lebar-lebar serta tampak pula hia

Pergilah Kau

Tak mau lagi aku percaya Pada semua kasih sayangmu Tak mau lagi aku tersentuh Pada semua pengakuanmu Kamu takkan mengerti rasa sakit ini Kebohongan dari mulut manismu Pergilah kau Pergi dari hidupku Bawalah semua rasa bersalahmu Pergilah kau Pergi dari hidupku Bawalah rahasiamu yang tak ingin kutahui Tak mau lagi aku terjerat Pada semua janji-janjimu Tak mau lagi aku terkait Pada semua permainanmu Bertahun-tahun bersama Kupercayaimu Kubanggakan kamu Berikan s’galanya Aku tak mau lagi Ku tak mau lagi Song by: Sherina

Tentang Canting , Budaya Jawa, dan “Tak Enak"

Tentang Canting Beberapa minggu yang lalu saya membeli tanpa rencana sebuah Novel berjudul Canting karya Arswendo Atmowiloto yang diterbitkan pertama kali pada Juni 1986 dan kini sudah merupakan cetakan ketiga (2007). Saya sering mendengar perihal tentang novel ini yang berhasil mengangkat nama Novelis terkenal Indonesia yakni Arswendo Atmowiloto, dan ini membuat saya tak ragu membeli novel ini. Mengutip dari resensi pada halaman terakhir novel, novel ini menceritakan tentang seorang perempuan Jawa bernama Ni, yang merupakan sarjana farmasi yang demi mempertahankan perusahaan batiknya melawan keterpurukan arus batik print , Ni harus berbuat banyak hal termasuk “tidak menjadi Jawa”. Budaya Jawa, merupakan pemegang kuat dari alur cerita ini dan menimbulkan konflik-konflik pada cerita ini. Pada novel ini, kental terasa adanya stratifikasi sosial antara kaum bangsawan Jawa dengan kaum rakyat yang pada novel ini diposisikan sebagai buruh batik. Stratifikasi sosial itu selanjutnya

Bukan Resensi : Serdadu Kumbang

Pada hari Kamis (16 Juni 2010), saya nonton bioskop juga setelah sekian lama tidak pernah menjejakkan kaki di karpet XXI studio (hahhaha..lebay poll). Awalnya saya dan sahabat saya berencana menyaksikan film Hati Merdeka, yang merupakan film terakhir dari trilogi merah putih. Tapi pada saat detik-detik terakhir, kami berubah haluan menyaksikan film Serdadu Kumbang. Secara pribadi, alasan terbesar saya ingin menyaksikkan serdadu kumbang ini adalah karena film ini adalah film produksi Alenia yang saya yakin seperti film-film yang diproduksi sebelumnya (Denias, King, dan Tanah Air Beta) pasti menyajikan cerita ringan yang mendidik serta menyuguhkan pemandangan alam Indonesia dan budaya masyarakat yang luar biasa. Hipotesis saya bahwa film ini akan mengeksplor pemandangan alam yang luar biasa terbukti benar!, hal ini tampak dari suguhan topografi, padang rumput di bima yang luar biasa dan menjadikan ini sebagai daftar impian saya untuk menuju ke sana, yakni daerah Sumbawa di Nusa Tenggar

An Escape

Saat penat sudah menghampiri... Saat bosan sudah mencekik... Saat ingin bercengkrama dengan sahabat,,, Saat ingin menikmati segelas kopi atau minuman coklat panas.... Atau hanya ingin saja :D Maka saya menuju ke sini, ke balkon kantor memandang hamparan hijau.... #tapi pemandangan ini akan segera lenyap berganti tembok beton karena mau dibikin mall :( -----------------Pontinak, 15062011

Takkan Pernah Menyesal

Aku tahu… Kisah ini terasa berat di pundakmu Aku tahu… Kar’na juga begitu berat di bahuku Coba sayang… Berhentilah meratapi keadaanku Jangan pernah Menyerah pada keadaan busuk ini Apapun yang akan terjadi Tak’kan pernah aku sesali Bila menjalani semua denganmu Bila memahami semua denganmu ku… Tak’kan pernah menyesal Song & Lyric : Sheila on 7

Memangnya Kenapa Jika Saya Suku Madura?

Teman : Safinah asalnya dari mana? Saya : Pasuruan, Jawa Timur Teman : Wah banyak orang Madura ya di sana? Saya : Iya Teman : Wah, kamu orang Madura juga ya? Saya : Saya Jawa, tapi seandainya saya orang Madura memangnya kenapa? **** Teman : Eh jangan mau menikah dengan pria suku sunda Saya : Memangnya mengapa? Teman : Katanya sih kurang bagus, mereka malas. Lebih baik menikah dengan orang jawa . **** Obrolan-obrolan seperti di atas dan sejenisnya pasti sering didengar, apalagi jika anda hidup di tengah masyarakat multikultur, misalkan di perantauan atau di kampus yang umumnya heterogen. Untuk percakapan pertama adalah pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya saat saya memulai perkenalan di sini. Tepatnya di Pontianak, Kalimantan Barat. Di sini sinisme terhadap suku Madura sangatlah besa