Imlek 2011 adalah Imlek pertama saya di kota Pontianak, dimana etnis Tionghoa bukan minoritas di sini. Luar biasa, dua kata yang bisa menggambarkan kemeriahan imlek di kota Pontianak.
Seminggu sebelum Imlek, kota ini sudah memerah dengan gantungan lampion dan kertas merah yang diatasnya terdapat tulisan-tulisan cina di setiap rumah, gedung pemerintahan, mall, bahkan gang-gang kecil di kawasan padat penduduk. Penjual hiasan Imlek serta buah jeruk yang merupakan perlambang keberuntungan berjamur di badan-badan jalan kota Pontianak. Warna merah paling mencolok di pusat kota Pontianak, yakni jalan Gajahmada yang merupakan lokasi central masyarakat etnis tionghoa bermukim. Vihara-vihara penuh oleh jemaat yang melakukan sembahyang.
Kesan luar biasa sangat terasa saat menjelang malan tahun baru, yakni pada Rabu, 2 Februari 2011. Perayaan Imlek terbesar yang pernah saya lihat sepanjang hidup saya. Pada rumah yang merayakan imlek, pintu dan jendela dibuka lebar-lebar serta tampak pula hiasan bunga-bunga kecil dipajang di ruang tamu. Hal ini dipercaya untuk mempermudah rejeki masuk ke dalam rumah. Pesta kembang api yang bahkan lebih meriah dibandingkan dengan tahun baru Masehi. Kembang api oleh masyarakat Tionghoa dipercaya untuk mengusir hawa buruk, oleh sebab itu setiap masyarakat berlomba-lomba menyalakan kembang api yang terbaik yang mereka punya. Semakin besar kembang api semakin besar manfaat yang akan diperoleh.
Sejak pukul enam petang, suara letusan kembang api sudah terdengar di penjuru kota Pontianak. Di langit-langitpun sudah tampak warna-warna kembang api. Lagi-lagi jalan Gajahmada merupakan pusat pesta kembang api yang digelar dalam rangka perayaan Imlek. Tertarik menyaksikan kemeriahan Imlek yang luar biasa ini, saya bersama beberapa teman saya langsung meluncur ke jalan gajah mada, Pontianak.
Warna-warni kembang api dari berbagai penjuru semakin malam semakin meriah. Kembang api dari berbagai model meluncur ke langit kota Pontianak hingga terlihat betul kota Pontianak laksana terbakar dari jauh. Kilatan cahaya warna-warni berpendar menghiasai kota. Pukul sembilan Jalan Gajahmada mulai padat merayap. Di sana polisi sudah membuat pos jaga bersiaga untuk menertibakan pelaksanaan perayaan Imlek. Semua orang berbondong-bondong ingin menyaksikan kemeriahan kembang api yang memang luar biasa menurut saya. Pukul sepuluh malam, letusan-letusan kembang api semakin meriah bersahut-sahutan dari berbagai penjuru dengan berbagai model dan warna.
Semakin malam, jalan Gajah mada semakin padat seperti lautan manusia. Saya dan teman memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah alias dikosan masih tampak pendaran warna kembang api dan asap putih hampir menyelubungi kota Pontianak saking banyaknya kembang apai yang diluncurkan. Suara tembakan kembang api yang keras dan bersahut-sahutan sudah seperti perang menurut saya. Saat saya pulang suaranya tak kunjung reda, bahkan sampai saya tidur saya sempat terbangun mendengar ledakan kembang api.
Informasi yang saya dapatkan dari media lokal, kemeriahan Imlek di kota Pontianak masih akan terus berlangsung hingga nanti pada puncaknya yakni Cap Gomeh yang berlangsung 15 hari setelah perayaan Imlek. Barongsai akan menghiasi kota di sana-sini. Berbagai atraksi akan terus menghiasi kota . Pada perayaan Cap Gomeh, konon kemeriahan lebih luar biasa dan saya sudah tak sabar ingin menyaksikannya ^_^.
Pontianak, 03022011
NB : Kemeriahan imlek masih terdengar hingga saat saya membuat reportase ini, rentetan suara petasan terdengar bersahut-sahutan.
================================
#Postingan repost dari blog saya di kompasiana yang sempet jadi headline
Sumber gambar : picasaweb.google.com
Comments
Post a Comment