Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2011

Mei untuk Maya

Sudah tiga kali hari Minggu pada bulan april ini Maya pulang berjualan dari arena olahraga di dekat rumahnya dengan muka masam. Bagaimana tidak, cuca yang hujan menyebabkan orang malas keluar rumah untuk berolahraga. Pun, kalaupun ada yang beli hasil penjualan esnya tak lagu karena cuaca yang relatif dingin. Sabtu malam, seperti biasa Maya dibantu oleh adiknya mengemasi es-es yang akan dijual besok pagi. "Sudah selesai", ucap Maya pada dirinya sendiri sambil melirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Suara petir menyambar disusul suara hujan yang deras. Ya, hujan deras di tengah malam minggu. Maya menghela nafasnya dan tak terasa ada linangan airmata dari suduut matanya. "Tuhan,,,,berikan aku hari yang cerah untuk esok", ucap maya sebelum ia benar-benar terlelap. Jam empat pagi, maya terbangun, Dilihatanya hujan masih turun. Lagi-lagi ia menghela nafas panjang. Perutnya mulas mendengar suara hujan yang belum berhenti. "masih ada harapa

Warna- warni Kota Tua Jakarta

Berdasarkan rencana awal, tour de museum yang dilaksanakan bersama sahabat saya akan menempuh rute sebagai berikut yakni Museum Bank Mandiri-Museum Bank Indonesia-Museum Wayang-Museum Fatahillah dan museum seni rupa yang terletak tak jauh satu dengan yang lainnya. Namun, karena jadwal kunjung kami yang terlalu sore menyebabkan museum destinasi dengan urutan tiga terkahir tidak dapat kami kunjungi, pasalnya museum tersebut sudah tutup. Tak bisa masuk ke dalam museum-museum tersebut memeng memberikan sedikit kekecewaan. Namun, tak mau berlarut-larut dalam rasa kecewa tersebut saya dan teman lantas iseng berkeliling di kota tua yang saat itu sangat ramai pengunjung, karena bertepatan dengan hari minggu. Dari kegiatan iseng berkeliling kota ternyata banyak sudut-sudut menarik yang tertangkap oleh mata saya. Ada berbagai warna yang ditawarkan kota tua ini kepada setiap orang, dari kelas ekonomi berbeda, umur berbeda dan intinya semua orang. Ajang Narsis Arsitektur gedung-gedung tua

Selama ini Hidup dalam Kebodohan : Sarikaya

Selama kuliah saya sering sekali menyantap roti produk suatu merek ternamal sebagai sarapan pagi saya. Rasa sarikaya, itu favorit saya. Selama berhari-hari, berminggu-minggu dan bertahun-tahun saya berfikir roti rasa isi sarikaya itu terbuat dari buah srikaya yang diproses lebih lanjut. Sarikaya dan Srikaya Dua kalimat tersebut jelas memiliki perbedaan dari segi tulisan. Tapi jujur saja secara audio ada kemiripan kan dalam pengucapannya. Nah, hal inilah yang menyebabkan saya berlarut-larut hidup dalam kebodohan. Hiks, dengan yakinnya dan meyakinkan kepada diri sendiri bahwa itu hanya perbedaan penulisan. Bagaimana dengan rasa?. Nah, saya juga sempat bertanya-tanya mengapa roti sarikaya yang saya makan raasanya jauh berbeda dengan rasa buah srikaya. Tapi, sampai di sini saya meyakinkan diri saya lagi bahwa adanya proses memasak menyebabkan perubahan rasa. Tapi, toh tetap enak, pikir saya. Nah, Hidup di Pontianak di mana Sarikaya sering digunakan untuk berbagai makanan baik rot

Katamu Dulu....

Kulihat kau raih gitarmu dan mulai bernyanyi. " Lagu ini untukmu...", ucapmu sambil memetik senar-senar menjadi suatu alunan melodi seraya memulai bernyanyi. kau yang paling setia, kau yang teristimewa kau yang aku cinta, cuma engkau saja dari semua pria aku yang juara dari semua wanita kau yang paling sejiwa denganmu semua air mata menjadi tawa suka ria akankah kau selalu ada menemani dalam suka duka denganmu aku bahagia, denganmu semua ceria janganlah kau berpaling dariku karena kamu cuma satu untukku kau satu-satunya dan tak ada dua apalagi tiga, cuma engkau saja. " cuma engkau saja", ucapmu lagi menutup lagu ini. ------------------- Katamu dulu aku cuma satu. Ah, tapi itu benar itu saat itu, bukan sekarang. Waktu terus berdetak dan perubaha

Belajar Jadul #2 : Museum Bank Indonesia

Setelah mengunjungi Museum Bank Mandiri, saya bersama teman saya beranjak ke museum tetangga yakni Museum Bank Indonesia. Saat pertama melihat gedung museum, tampak gedung becat putih tinggi dengan arsitektur menarik (Gambar 1). Namun, sangat disayangakan suasana yang tampak di sekitar museum cukup panas karena minimnya tanaman serta berantakan karena saat itu sedang dilakukan renovasi. Untuk memasuki gedung museum kita harus memasuki pintu tebal berwarna emas. Lalu, kita disuguhkan dengan pemandangan lobi menarik beratap tinggi berasitek khas belanda (Gambar 2) dan disambut dengan lantai kuno warna-warni yang cukup menarik (Gambar 3 dan 4). Untuk berkeliling museum tidak ada biaya yang dikenakan alias gratis. Hanya saja kita harus menitipkan barang bawaan kita di tempat yang telah disediakan. Menurut informasi yang didapat melalui media interpretasi, gedung museum bank Indonesia dulunya merupakan kantor De Javanesche Bank (DJB) yang sudah beroperasi sejak tahun 1828 dengan model ba

Belajar Jadul#1 : Museum Bank Mandiri

Setelah memendam keinginan sekian lama, akhirnya pada hari minggu 17 April 2011 bersama teman seperjungan saat SMP (baca: prila Nusanti) membulatkan tekat untuk keliling museum yang terletak di sekitaran kota tua Jakarta. Sebelum menuju kota tuwir, eh salah kota tua, kami berkunjung terlebih dahulu ke Stasiun Senin untuk berbelanja Buku bekas (amanah pacaranya si Prila). Dengan berlagak sok cuek dan asyik kami mengunjungi lapak-lapak buku bekas yang ada. Ternyata sikap sok cuek dan nyantai tergoyahkan juga oleh tingginya nada suara pedagang di pasar senen ini yang mayoritas orang batak. Postur kami yang kecil dan imut semakin membuat pedagang-pedagang ini merayu dengan nandanya yang khas dan kita jadi serem. So, kabur setelah target yang diinginkan tercapai adalah solusi terbaik. Dari kota tua, kami naik mobil jemputan kita yakni angkot warna abu-abu jurusan Senen-jakarta kota..dan petualangan dimulai... Museum Bank Mandiri Perjalanan menyusur museum ini diawali dengan mengunjungi muse

Dirimu dalam Secangkir Kopi

“Kenapa suka kopi?”, tanyaku padamu “Kopi itu candu seperti aku mencintaimu”, kamu menjawab seraya menghiru aroma kopi panas yang batu saja aku buat untukmu. “Lalu?”, aku bertanya lagi. “Kopi itu hitam, laksana kesedihan. Tetapi saat direbus dengan air panas bahkan mendidih kopi tidak menjadi lemah tetapi semakin kuat, beraroma dan nikmat. Begitu juga kita, harusnya selalu berpegang pada falasafah kopi. Saat kesedihan mendera kita, harusnya kita semakin kuat”, ucapmu lalu meminum kopi seraya tersenyum memandang mataku yang membuat jantungku berdesir. Mendengar itu, aku terdiam. Tak bisa kututupi lagi banggaku memiliki kamu sebagai pacarku. Kamu laksana perpustakaan yang mengerti berbagai hal. Kamu laksana aroma terapi yang bisa menenangkanku saat aku galau. Lima tahun Kemudian…. “Kenapa suka kopi?”, tanya suamiku padaku. “Kopi itu candu seperti aku mencintaimu”, akumenjawab seraya menghiru aroma kopi panas yang baru saja aku buat. “Itu saja?”, suamiku bertanya lagi pad

Menuju Sudut Barat Kalimantan Barat : Singkawang

Setelah satu tahun merantau di Kalimantan Barat dan terkurung di kota Pontianak, akhirnya pada hari Sabtu 9 April 2011 saya akhirnya berkesempatan untuk berwisata ke luar kota Pontianak yakni Singkawang. Kota Singkawang terletak ±128 Km dari kota Pontianak dengan jarak tempuh kurang lebih 2,5 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi. Untuk kondis jalan, relatif sudah sangat bagus dan mulus, tak banyak jalan berlobang sana-sini. Tujuan utama saya dan sahabat-sahabat saya ke kota Singkawang kali ini adalah mengunjungi pantai Pasir Panjang yang memang menjadi destinasi favorit saat mengunjungi kota Singkawang. Pantai Pasir Panjang Seteleh berkutat dengan rutinitas, agaknya pasir panjang bisa merupakan suatu relaksasi yang cukup menenangkan. Meski tidak sebagus pantai laut Selatan atau utara pulau Jawa, ataupun pantai di daerah Sulawesi Utara yang saya kunjungi, Pasir Panjang cukup memberikan suatu ketenangan berupa hamparan biru di mata saya. Pemilihan hari sabtu untuk

Di Antara Hujan

Dia berjalan di selasar pertokoan kota ini. Bola matanya terus berputar mencari sosok seseorang di setiap sudut bangunan kota ini. Sementara matanya terus mentari, otaknya tak henti berputar mengulang-ulang memori tentang seseorang itu. Lengkap di memorinya potret lelaki beralis tebal, berkulit sawo matang yang dulu selalu menemaninya. Lelaki berambut ikal itu juga pernah berjanji selalu ada untuknya. “ Hingga ujung waktu ”, desah kata yang ditiupkan lelakinya itu di daun telinganya dengan mesra. Dia terus berjalan menelusur selasar pertokoan kota ini. Alas kakinya tak lagi ada di telapaknya, tapi tak ada rasa perih ataupun panas yang terasa, hanya rasa semangat membuncah mengiringinya terus berjalan mencari lelakinya itu. Sudah berjam-jam dia berjalan menulusur selasar pertokoan kota ini. Dia berjalan berputar tak kenal lelah. Bola matanya terus beradu menatap setiap orang yang berlalu di hadapannya. Di pertokoan ini, terakhir ia melihat lelakinya. Lelaki yang dulu pernah menggen

Si Bungsu yang Terkadang "Menyakitkan"

Beberapa minggu terakhir, hari-hari saya diwarnai dengan sedikit rasa ngilu akibat tumbuhny ageraham bungsu yang bermasalah di ujung rahang. Kebetulan ada dua geraham bungsu saya tumbuh dengan tidak normal, yakni miring dari jalur geraham yang sudah tersedia. Akibat rasa sakit ini, saya menjadi penasaran, mengapa sering timbul rasa sakit akibat “si bungsu ini” dan apa sebenarnya fungsi “si bungsu ini”. Berdasarkan hasil “blogwalking”, ada beberapa informasi yang dapat saya ambil. Dari blog www.dentiadental.com, diinformasikan bahwa gigi geraham bungsu/wisdom teeth/impacted teeth adalah gigi yang tumbuh pada periode umur 17-21 tahun ( sepertinya range umur ini sudah tidak berlaku karena gigi bungsu saya tumbuh pada umur 23 tahun). Gigi geraham bungsu ini sering menimbulkan masalah karena terkadang ruang rahang tidak cukup ruang untuk lahirnya si bungsu ini. Ketidakcukupan ruang di rahang inilah yang menyebabkan pertumbuhan gigi geraham bungsu sering mendesak gusi atau gigi di sebelahnya