“Kenapa suka kopi?”, tanyaku padamu
“Kopi itu candu seperti aku mencintaimu”, kamu menjawab seraya menghiru aroma kopi panas yang batu saja aku buat untukmu.
“Lalu?”, aku bertanya lagi.
“Kopi itu hitam, laksana kesedihan. Tetapi saat direbus dengan air panas bahkan mendidih kopi tidak menjadi lemah tetapi semakin kuat, beraroma dan nikmat. Begitu juga kita, harusnya selalu berpegang pada falasafah kopi. Saat kesedihan mendera kita, harusnya kita semakin kuat”, ucapmu lalu meminum kopi seraya tersenyum memandang mataku yang membuat jantungku berdesir.
Mendengar itu, aku terdiam. Tak bisa kututupi lagi banggaku memiliki kamu sebagai pacarku. Kamu laksana perpustakaan yang mengerti berbagai hal. Kamu laksana aroma terapi yang bisa menenangkanku saat aku galau.
Lima tahun Kemudian….
“Kenapa suka kopi?”, tanya suamiku padaku.
“Kopi itu candu seperti aku mencintaimu”, akumenjawab seraya menghiru aroma kopi panas yang baru saja aku buat.
“Itu saja?”, suamiku bertanya lagi padaku.
“Kopi itu hitam, laksana kesedihan. Tetapi saat direbus dengan air panas bahkan mendidih kopi tidak menjadi lemah tetapi semakin kuat, beraroma dan nikmat. Begitu juga kita, harusnya selalu berpegang pada falasafah kopi. Saat kesedihan mendera kita, harusnya kita semakin kuat”, ucapku lalu meminum kopi yang ada di hadapanku seraya tersenyum membayangkan seseorangku di masa lalu.
“Karena kopi selalu mengingatkan aku seseorang yang sangat berarti bagiku”, aku berkata lirih, tanpa terdengar oleh suamiku.
_ditulis saat istirahat siang_
15042011
Sapi, suka deh tulisannya ^^ AKu suka kopiiiii!! ta' follow blogmu yah :D
ReplyDeleteToa
Iya....makasih mbak....
ReplyDelete