Setelah memendam keinginan sekian lama, akhirnya pada hari minggu 17 April 2011 bersama teman seperjungan saat SMP (baca: prila Nusanti) membulatkan tekat untuk keliling museum yang terletak di sekitaran kota tua Jakarta.
Sebelum menuju kota tuwir, eh salah kota tua, kami berkunjung terlebih dahulu ke Stasiun Senin untuk berbelanja Buku bekas (amanah pacaranya si Prila). Dengan berlagak sok cuek dan asyik kami mengunjungi lapak-lapak buku bekas yang ada. Ternyata sikap sok cuek dan nyantai tergoyahkan juga oleh tingginya nada suara pedagang di pasar senen ini yang mayoritas orang batak. Postur kami yang kecil dan imut semakin membuat pedagang-pedagang ini merayu dengan nandanya yang khas dan kita jadi serem. So, kabur setelah target yang diinginkan tercapai adalah solusi terbaik.
Dari kota tua, kami naik mobil jemputan kita yakni angkot warna abu-abu jurusan Senen-jakarta kota..dan petualangan dimulai...
Museum Bank Mandiri
Perjalanan menyusur museum ini diawali dengan mengunjungi museum bank Mandiri. Museum ini buka setiap hari jam 09.00-16.00 dan tutup pada hari senin serta hari libur nasional. Untuk masuk ke dalam museum ini dikenakan biaya Rp. 2000 rupiah untuk umum dan gratis bagi nasabah bank mandiri serta pelajar dengan menunjukkan tanda bukti yang mendukung.
Dua patung ala tentara belanda yang berdiri di pintu masuk museum cukup untuk membangkitkan semangat "jadul" saya. Masuk di pintu utama kita disuguhkan dengan pemandangan khas arsitektur kuno yang cukup luas dilengkapi dengan furniturnya. Ruang museum yang cukup lengang serta barang pameran yang tidak terlalu padat bisa menjadi surga tersendiri bagi peminat fotografi. Selain itu, adanya keterangan-keterangan pada setiap barang pameran juga menjadi sangat bermanfaat menambah ilmu bagi pengunjung terutama dunia perbankan.
Suguhan pemandangan ruang dan barang pameran membuat kita serasa masuk ke mesin waktu perbankan. bagaimana tidak, di museum ini disajikan berbagai barang yang digunakan perbankan dari masa-ke masa. Mulai dari buku besar, alat pembukuan, alat penghitung koin, mesin ketik, timbangan dan alat-alat lain yang sangat memiliki peran penting bagi dunia perbankan di zamannya. Selain itu disuguhkan pula model-model mesin, penataan ruang dan arsitektur perbankan yang diatur serupa dengan kondisi bank masa lalu. salah satu contoh adalah ruangan rapat besar yang di desain menyerupai tahun 1933. Contoh lain yang bisa dilihat adalah arsitektur ruang kasir, brangkas penyimpanan uang, runag buku besar, dan ruang komisaris.
Selain menyuguhkan barang dan informasi alat-alat perbankan kuno museum ini juga menyuguhkan transformasi alat perbankan modern seperti ATM dari waktu ke waktu. Embel-embel mandiri pada museum perbankan ini, agaknya dimanfaatkan pula oleh Bank Mandiri memperkenalkan transformasi produk perbankan bank mandiri, souvenir-souvenir, sejarah bank mandiri bahkan foto komisaris dari bank mandiri.
Oh ya, satu lagi yang tak boleh terlewatkan untuk diabadikan dan dilirik saat mengunjungi museum bank mandiri ini adalah kaca patri. Kaca patri adalah rangakain gambar yang disusun dari "perca" kaca warna-warni. Mengutip dari informasi yang ada di museum, kaca ini merupakan karya F.H Abbing Jr yang merupakan anak dari presiden F.H. Abbing di Amsterdam. Lukisan ini menceritakan suasana empat musim di Belanda yakni musem semi, gugur, salju, dan panas. Saya sendiri sangat mengagumi karya yang dibuat pada tahun 1932 di Belanda ini terutama karena perpaduan warna yang sangat apik. Ingit melihat langsung, ayo ke Museum Bank Mandiri....masa wisata ke mall aja ^^
Sebelum menuju kota tuwir, eh salah kota tua, kami berkunjung terlebih dahulu ke Stasiun Senin untuk berbelanja Buku bekas (amanah pacaranya si Prila). Dengan berlagak sok cuek dan asyik kami mengunjungi lapak-lapak buku bekas yang ada. Ternyata sikap sok cuek dan nyantai tergoyahkan juga oleh tingginya nada suara pedagang di pasar senen ini yang mayoritas orang batak. Postur kami yang kecil dan imut semakin membuat pedagang-pedagang ini merayu dengan nandanya yang khas dan kita jadi serem. So, kabur setelah target yang diinginkan tercapai adalah solusi terbaik.
Dari kota tua, kami naik mobil jemputan kita yakni angkot warna abu-abu jurusan Senen-jakarta kota..dan petualangan dimulai...
Museum Bank Mandiri
Perjalanan menyusur museum ini diawali dengan mengunjungi museum bank Mandiri. Museum ini buka setiap hari jam 09.00-16.00 dan tutup pada hari senin serta hari libur nasional. Untuk masuk ke dalam museum ini dikenakan biaya Rp. 2000 rupiah untuk umum dan gratis bagi nasabah bank mandiri serta pelajar dengan menunjukkan tanda bukti yang mendukung.
Dua patung ala tentara belanda yang berdiri di pintu masuk museum cukup untuk membangkitkan semangat "jadul" saya. Masuk di pintu utama kita disuguhkan dengan pemandangan khas arsitektur kuno yang cukup luas dilengkapi dengan furniturnya. Ruang museum yang cukup lengang serta barang pameran yang tidak terlalu padat bisa menjadi surga tersendiri bagi peminat fotografi. Selain itu, adanya keterangan-keterangan pada setiap barang pameran juga menjadi sangat bermanfaat menambah ilmu bagi pengunjung terutama dunia perbankan.
Suguhan pemandangan ruang dan barang pameran membuat kita serasa masuk ke mesin waktu perbankan. bagaimana tidak, di museum ini disajikan berbagai barang yang digunakan perbankan dari masa-ke masa. Mulai dari buku besar, alat pembukuan, alat penghitung koin, mesin ketik, timbangan dan alat-alat lain yang sangat memiliki peran penting bagi dunia perbankan di zamannya. Selain itu disuguhkan pula model-model mesin, penataan ruang dan arsitektur perbankan yang diatur serupa dengan kondisi bank masa lalu. salah satu contoh adalah ruangan rapat besar yang di desain menyerupai tahun 1933. Contoh lain yang bisa dilihat adalah arsitektur ruang kasir, brangkas penyimpanan uang, runag buku besar, dan ruang komisaris.
Selain menyuguhkan barang dan informasi alat-alat perbankan kuno museum ini juga menyuguhkan transformasi alat perbankan modern seperti ATM dari waktu ke waktu. Embel-embel mandiri pada museum perbankan ini, agaknya dimanfaatkan pula oleh Bank Mandiri memperkenalkan transformasi produk perbankan bank mandiri, souvenir-souvenir, sejarah bank mandiri bahkan foto komisaris dari bank mandiri.
Oh ya, satu lagi yang tak boleh terlewatkan untuk diabadikan dan dilirik saat mengunjungi museum bank mandiri ini adalah kaca patri. Kaca patri adalah rangakain gambar yang disusun dari "perca" kaca warna-warni. Mengutip dari informasi yang ada di museum, kaca ini merupakan karya F.H Abbing Jr yang merupakan anak dari presiden F.H. Abbing di Amsterdam. Lukisan ini menceritakan suasana empat musim di Belanda yakni musem semi, gugur, salju, dan panas. Saya sendiri sangat mengagumi karya yang dibuat pada tahun 1932 di Belanda ini terutama karena perpaduan warna yang sangat apik. Ingit melihat langsung, ayo ke Museum Bank Mandiri....masa wisata ke mall aja ^^
Comments
Post a Comment