Skip to main content

Cerita dari Wajah-wajah Asing #3

Di apartemen tua ini, setiap kamar dipisahkan oleh partikel board kayu berongga. Ada suara lantai berderit saat orang yang tinggal di lantai atas berjalan, apalagi meloncat. Saat sunyi, suara flush toilet bisa terdengar, begitu juga suara air mengalir dari kran kamar mandi. Kadang-kadang, suara ini bisa memicu pertengkaran antar tetangga hingga tak jarang ada yang melapor polisi karena merasa terganggu oleh suara dari kamar di atas atau di samping.

Namun, hal itu tak pernah terjadi denganku. Hal yang patut aku syukuri selama tinggal di sini. Suara tangisan anakku, atau suaraku ketika menjelma jadi singa menghadapi anak, tak membuat tetanggaku bergeming. Kami tak saling kenal, hanya sekadar tahu. Kata-kata yang terucap pun sebatas “selamat pagi” atau “selamat siang.” Meski begitu, aku cukup familiar dengan suara mereka.

Oh ya, kuperkenalkan kau dengan mereka. Sepasang muda-mudi, mungkin usianya akhir 20-an. Kami tentu saja tak pernah bertegur sapa, seperti yang sudah kukatakan tadi. Tapi aku cukup mengenal suara mereka. Setiap pukul 10 malam, suara mulai terdengar dari kamar sebelah. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tak tahu. Yang aku tahu, mereka mengobrol santai dari jam 10 malam hingga jam 5 pagi. Setiap hari.

Jika tengah malam atau subuh aku terbangun dan mendengar mereka berbincang, aku sering dibuat kagum. Terkadang mereka tertawa berdua. Senyap sebentar, lalu mengobrol lagi. Begitu hingga subuh. Walau aku tak mengerti isi percakapan mereka, ada rasa hangat saat mendengarnya, laksana radio atau televisi yang kau hidupkan sekadar memecah sepi. Suara itu menjadi pengingat bahwa masih ada kehidupan di tengah kaku dan sunyinya hidup di Jepang ini.

Sesekali aku bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa terjaga sepanjang malam? Jam sebelas saja mataku sudah memaksa untuk terpejam. Lalu aku ingat, aku pun dulu bisa terjaga seperti mereka di usia yang sama. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. Tak apa. Kita semua akan melewatinya.

Ada yang berubah sebulan belakangan ini.

Aku tak lagi mendengar obrolan dini hari itu. Tak ada lagi tawa yang mengisi malam. Beberapa kali aku ke balkon, memastikan apakah mereka pindah. Tapi kulihat lampu mereka masih menyala, menandakan ada kehidupan. Hanya saja, tak ada suara.

Banyak pertanyaan bergaung di kepalaku. Apakah mereka tak lagi bersama? Apa salah satu dari mereka pindah? Aku membuat skenario sendiri di benakku, tanpa pernah tahu jawabannya.

Yang jelas, aku kehilangan “radio” penanda kehidupan itu. Tapi mungkin, seperti mereka, aku pun harus belajar berdamai dengan sepi.


Comments

Popular posts from this blog

Informasi Biaya Persalinan di Banjarbaru

"Setiap anak ada rejekinya masing-masing" Begitu kata banyak orang. Meskipun demikian, perencanaan juga perlu, termasuk perencanaan keuangan pas mau melahirkan. Perubahan fisik ibu hamil juga pasti menuntut biaya yang tidak sedikit. Bra udah mulai ganti model ke model menyusui, baju-baju tanpa kancing bukaan depan sudah mulai disimpan. Itu baru untuk ibu. Jangan lupa juga siap-siap untuk calon dedek bayi yakni peralatan sehari-hari juga bajunya.  Sudah banyak banget yang bahas daftar perlengkapan apa saja untuk menyambut kelahiran dedek bayi. Namun, gak banyak yang kasih info biaya persalinan di banjarbaru kan.  Nah, buat ibu-ibu yang lagi itung-itung biaya persalinan di sekitaran banjarbaru..nyoh tak kasih infonya :)  Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda, Martapura  Persalinan Caesar                         : 18-23 juta Persalinan Normal              ...

Maju Mundur Ikut Program Hamil di Banjarmasin

Sebenernya pengen keep secret usaha promil saya karena males ditanya-tanya. Tapi gak ada salahnya di-share, siapa tau ada yang perlu cari-cari info tentang tentang program hamil terutama di kota yang gak gede-gede banget dan gak kecil-kecil banget yakni di Banjarbaru ato Banjarmasin. Semangat ini muncul karena ternyata postingan tentang test HSG saya juga banyak yang baca...jadinya makin semangat biar lebih banyak yang baca dan muncul kesadaran tentang apa-apa yang akan saya ceritakan terutama masalah infertilitas yang masih dianggap sebagai hal yang memalukan. Padahal, yaa menurut kami sama aja kayak penyakit biasa yang bisa disembuhkan dan selalu ada harapan kok.  *** Jadi, saya menikah Februari 2014. Setelah menikah kami LDR Bogor-Batu licin (Kalsel), karena saya masih kudu sekolah S2. Lalu saya pindah ke Banjarbaru, eh suami saya dipindah ke Kalbar tepatnya di Ketapang. Kalo gak salah hampir setahunan. Lalu, suami resign dan pindah ke Kalimantan Tengah. Jadi, mending deh...

Cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin

Di blogpost kali ini, saya ingin cerita pengalaman saya cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin. Sharing tentang kegiatan TTC saya memang saya hindari selama ini. Tapi melihat informasi di internet yang minim tentang hal-hal berkaitan dengan usaha-usaha TTC di wilayah Kalimantan Selatan, saya jadi berubah pikiran. Saya akhirnya berfikir, siapa tahu artikel yang saya tulis bisa bermanfaat bagi banyak orang yang juga sedang berusaha untuk berusaha punya anak kayak saya. Biar saling menyemangati. Setelah hampir tiga tahun tak kunjung hamil, sudah cek ke dokter spesialis kesuburan dan dibilang normal, saya inisiatif sendiri untuk melakuakn cek HSG. Oh ya, cek HSG ini fungsinya untuk melihat apa ada penyumbatan di saluran indung telur. Di wilayah Banjarmasin,ada tiga rumah sakit yang melayani HSG. Pertama, RSUD ulin yang merupakan rumah sakit pemerintah. Kedua adalah RS sari mulia, Dan yang ketiga lupa hehheeh. Awalnya sih mikir mau ke RS Sari Mulia karena pasti pelayanannya baik, tapi ...