sumber gambar di sini |
Buku Baca.
Dua kata ini berawalan huruf B yang memang tidak bersaudara tapi mereka ini punya hubungan kekerabatan yang erat. Dua kata ini, pada prakteknya tanpa disadari (mungkin ) merubah hidup saya. Hihihiihi, sok iye banget. Tapi, (lagi-lagi) mungkin begitulah.
Buku dan Baca jika diingat-inget merupakan kegemaran saya dari kecil.
Saat saya masih kecil, dan (alm.) ibu saya masih mengajar di sekolah dasar, setiap weekend ibu saya selalu membawa majalah anak untuk saya. Bukan beli, tapi majalahnya pinjam dari perpustakaan sekolah yang sudah akan dimasukkan gudang. Begitu yang terjadi berbulan-bulan. Melihat antusiasme saya baca, ibu saya akhirnya menganggarkan uangnya untuk berlangganan majalah anak-anak. Majalah mentari, begitu nama majalahnya. Majalah anak lokal di daerah jawa timur yang masih satu grup dengan jawa pos. Jika tidak salah ingat, majalahnya terbit setiap jumat. Lalu setelah bapak pengantar majalah datang, Saya langsung duduk tenang membaca habis semua cerita dan artikel di majalah itu. Terutama cerita abu nawas dan raja harun al-rasyid. Eh, ternyata saya masih inget.
Mungkin itulah awal mula kegemaran saya membaca dimulai. Setalah melihat minat baca saya yang lumayan, ibu juga rutin meminjamkan buku-buku anak di perpustakaan sekolah tempat ibu mengajar untuk saya. Tresna jalaran soko kulino, mungkin itu juga yang membuat antusiame membaca saya tinggi.
Ngayal.
Saat SMP saya sudah mulai mengumpulkan buku, hingga sekarang. Buku kegemaran saya adalah fiksi. Saya rela aja tuh ngirit uang buat beli baju dan merelakan uangnya buat beli buku. Hingga kini koleksi fiksi saya bisa dibilang cukup, sekitar 350-an buku fiksi yang ditumpuk-tumpuk dan entah kapan dibaca lagi. saya berfikir beli buku itu investasi, sampai 3 turunan, masih bisa diwariskan dan dibaca, tentu saja asal gak dimakan rayap.
baca buku itu seru bisa bikin nyasar dan ngayal. Dari kecil saya kebayang eropa gara-gara baca novel charles dickens punya pak lik saya yang dia beli di jalan semarang, tempat pusat penjualan buku bekas yang terkenal di surabaya. Juga jadi kenal romantis lebih dini gara-gara baca novel Mira W, Zara Zettira, dan Marga T yang juga belinya di toko buku bekas. Trus, bisa bayangin raksasa plus makhluk aneh karena baca the gulliver travels atau alice in wonderland. Bisa dibilang, ukuran anak SMP saya terlalu cepat dewasa karena bacaanya yang sembarangan. Tepatnya, ngayalnya udah gak kira-kira.
Ada juga sih dampak negatif dari baca buku fiksi ini. Saking serunya baca novel, saya bolos kuliah karena penasaran abis ama kelanjutan bukunya. Atau juga sekarang, saking pengennya buku gratisan, saya nulis post ini pas jam kerja :p. Ini gak boleh dicontoh.
Jeritan Hati penggemar buku saat ini.
Buku sekarang mahal banget. Entah perasaan aja, kondisi kantong yang gak bersahabat, keperluan makin banyak, atau bakat pelit. Harga satu novel aja sekarang paling murah kira-kira 80 rb. Novel-novel yang bagus harganya hampir 200 ribu. Dulu, ngirit dua atau tiga kali makan bisa beli novel. Sekarang boro-boro, apalagi saya makannya di warteg.
Mahal ya, banget ! kondisi ini jelas berbeda dengan di jepang. Minat baca yang tinggi disana mungkin juga didukung oleh harga buku yang murah. dari pengamatan saya selama sempat berkunjung ke toko buku disana, satu novel harganya kira-kira 800 yen saja. Sedangkan satu kali makan ala mahasiswa kira-kira 500-700 yen. Jadi, cukup ngirit sekali atau dua kali makan udah bisa dapat buku. Nah, disini..mungkin kudu ngirit dua minggu. Ngenes.
Alhasil, sekarang saya huntingnya buku-buku bekas atau penggemar setia sale biar kehausan jiwa untuk baca buku terlampiaskan (duileee..). Termasuk ikutan lomba di blognya mas ginanjar. Semoga saya beruntung dan mas ginnya rejekinya makin banyak trus sering bikin giveaway buat fakir-fakir buku kayak saya.
Haiiiii..
ReplyDeleteaku minta alamat emailnya yaaa
saf_finah@yahoo.com ; terima kasih :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete