Skip to main content

Optimis vs Realistis

Setiap orang yang hidup pasti punya mimpi. Bisa ke sini ke situ, begini dan begitu. Begitupun saya. Setiap awal tahun, sejak awal SMA saya sudah terbiasa menulis resolusi apa saja yang ingin saya capai pada tahun tersebut. Ada beberapa resolusi yang saya masih ingat. Beberapa diantaranya adalah mendapatkan nilai rata-rata ujian akhir 8, punya tabungan minimal sekian, juga punya mimpi kuliah di ITB jurusan astronomi. 

Bicara tentang kuliah astronomi ini, saya rasanya bercita-cita dari Sekolah Dasar. Setiap shalat, saya ingat saya berdoa " Ya Allah, saya pengen kuliah di ITB jurusan astronomi". Keinginan ini muncul karena sering liat science fiction, trus liat di Indonesia cuma ITB yang ada jursan ini. Namun, seiring berjalannya waktu.. terutama liat realita saat SMA, kayaknya ITB Astronomi udah ga menarik lagi. Lalu, cita-cita kuliah saya berubah menjadi standar aja. Lulus Perguruan Tinggi Negri (PTN). Udah. 

Saya daftar deh IPB, karena ada program undangan aka PMDK. Lalu ikut Ujian Masuk UGM. Dua-duanya ketrima. Tapi di UGM, saya keterimanya juga jurusan pertanian. Sekalian pertanian, akhirnya saya ambil IPB. 

Itu satu contoh realistis. Ada contoh lain. 

Saya punya mimpi lain, bisa S2 di luar negeri. Mana aja, pokoknya luar negeri, biar ngerasain hidup di negeri orang. Oh ya, cita-cita ini juga dari kecil. Saya ingat pas kelas 3 SMP saya isi formulir buat dapat beasiswa di Singapore. Tapi, karena syarat ribet saya nyerah. Balik pas selesai S1. saya langsung kerja. Selama kerja, saya coba apply. Tapi kayaknya karena waktu, kurang informasi, dan intinya kurang usaha akhirnya saya ganti  skenario untuk kuliah S2 di dalam negeri aja. Akhirnya, saya balik ke IPB lagi. Mimpinya ga stop sampai sini, ada misi lain pas S2 yakni ikut pertukaran pelajar biar ngicipin luar negri. Alhamdulillah kali ini tercapai. Tapi, kalo saya bilang saya bisa ikut pertukaran pelajar karena pas promo program tersebut, ga ada yang tahu. Pendaftaranya cuma dua:  Saya dan satu teman. 

Setelah sekolah lulus, kerja lagi, dan berumah tangga, pastilah orang masih punya mimpi. Mimpi pengen keluarganya bisa begini begitu, Pengen karirnya kesana kesitu, Travelling kesana kemari. Ya kan? Apa saya aja?

Tapi di usia 30 ini, saya jadi sedikit lemah, gampang nyerah. Dikit-dikit mikir "realistis aja". Ya udah "let it flow aja". Ini  kontra banget sama prinsip saya dulu " Ikan mati aja yang ngikutin arus". 

Ada dua mimpi besar saya yang saya tulis sejak umur 27 tahun di awal tahun. Bukan tidak berusaha, tapi dicoba-coba kok hasilnya gitu-gitu aja. Sebagai orang yang cenderung optimis, satu sisi saya selalu menyemangati " Kamu bisa, coba lagi!! ". Tapi, saat mulai lelah, satu sisi yang lain bilang " Sudahlah..realistis aja". 

Ada sebuah pertanyaan besar. Sampai di titik mana kita harus optimis? Kapan kita harus realistis. 
Sampai sekarang saya aja bingung jawabnya



Comments

Popular posts from this blog

Informasi Biaya Persalinan di Banjarbaru

"Setiap anak ada rejekinya masing-masing" Begitu kata banyak orang. Meskipun demikian, perencanaan juga perlu, termasuk perencanaan keuangan pas mau melahirkan. Perubahan fisik ibu hamil juga pasti menuntut biaya yang tidak sedikit. Bra udah mulai ganti model ke model menyusui, baju-baju tanpa kancing bukaan depan sudah mulai disimpan. Itu baru untuk ibu. Jangan lupa juga siap-siap untuk calon dedek bayi yakni peralatan sehari-hari juga bajunya.  Sudah banyak banget yang bahas daftar perlengkapan apa saja untuk menyambut kelahiran dedek bayi. Namun, gak banyak yang kasih info biaya persalinan di banjarbaru kan.  Nah, buat ibu-ibu yang lagi itung-itung biaya persalinan di sekitaran banjarbaru..nyoh tak kasih infonya :)  Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda, Martapura  Persalinan Caesar                         : 18-23 juta Persalinan Normal                        :   8-12 juta Paket Sudah termasuk obat, ruangan, dokter, dll. Rincian tersebut dibedakan te

Cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin

Di blogpost kali ini, saya ingin cerita pengalaman saya cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin. Sharing tentang kegiatan TTC saya memang saya hindari selama ini. Tapi melihat informasi di internet yang minim tentang hal-hal berkaitan dengan usaha-usaha TTC di wilayah Kalimantan Selatan, saya jadi berubah pikiran. Saya akhirnya berfikir, siapa tahu artikel yang saya tulis bisa bermanfaat bagi banyak orang yang juga sedang berusaha untuk berusaha punya anak kayak saya. Biar saling menyemangati. Setelah hampir tiga tahun tak kunjung hamil, sudah cek ke dokter spesialis kesuburan dan dibilang normal, saya inisiatif sendiri untuk melakuakn cek HSG. Oh ya, cek HSG ini fungsinya untuk melihat apa ada penyumbatan di saluran indung telur. Di wilayah Banjarmasin,ada tiga rumah sakit yang melayani HSG. Pertama, RSUD ulin yang merupakan rumah sakit pemerintah. Kedua adalah RS sari mulia, Dan yang ketiga lupa hehheeh. Awalnya sih mikir mau ke RS Sari Mulia karena pasti pelayanannya baik, tapi

Maju Mundur Ikut Program Hamil di Banjarmasin

Sebenernya pengen keep secret usaha promil saya karena males ditanya-tanya. Tapi gak ada salahnya di-share, siapa tau ada yang perlu cari-cari info tentang tentang program hamil terutama di kota yang gak gede-gede banget dan gak kecil-kecil banget yakni di Banjarbaru ato Banjarmasin. Semangat ini muncul karena ternyata postingan tentang test HSG saya juga banyak yang baca...jadinya makin semangat biar lebih banyak yang baca dan muncul kesadaran tentang apa-apa yang akan saya ceritakan terutama masalah infertilitas yang masih dianggap sebagai hal yang memalukan. Padahal, yaa menurut kami sama aja kayak penyakit biasa yang bisa disembuhkan dan selalu ada harapan kok.  *** Jadi, saya menikah Februari 2014. Setelah menikah kami LDR Bogor-Batu licin (Kalsel), karena saya masih kudu sekolah S2. Lalu saya pindah ke Banjarbaru, eh suami saya dipindah ke Kalbar tepatnya di Ketapang. Kalo gak salah hampir setahunan. Lalu, suami resign dan pindah ke Kalimantan Tengah. Jadi, mending deh ket