Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2024

Lebih Dari Seratus Persen

Jika seorang ibu ditanya berapa persen cintanya diberikan untuk anaknya? bisa jadi semua kan menjawab lebih dari seratus persen. Bisa jadi dua ratus persen. Semua hidupnya untuk anaknya.  Ternyata memiliki anak menyadarkan saya  apa yang selama ini hilang di hidup saya: cinta yang sangat mendalam dari ibu untuk anaknya.  Ditinggal Ibu sejak kecil tak membuat saya sedih. Saya tidak merasa kehilangan sosok seorang Ibu, kamu tahu kenapa? karena saya masih sangat kecil untuk mengingat bagaimana seorang anak dicintai begitu dahsyatnya. Bagaimana bisa merasa kehilangan saat kita tidak pernah merasa memiliki?. Hidup berjalan normal tanpa merasa kurang. Sesekali memang terasa sedih jika melihat keluarga lain.  Saya ingat betul momen ketika saya merasa sangat sedih. Saat itu saya sedang di asrama kampus. Suatu ketika ibu teman saya datang membawakan makanan dan merapikan kasur di asramanya. Lalu saya berpikir, wah apa rasanya diperlakukan seperti itu?  Lalu datanglah gamila, anak saya yang seka

Dua Puluh

Saya ingat betul, malam itu saya pulang sedikit larut dari kampus. Malam itu, bulan Februari, suhu dingin sangat menusuk. Jalanan penuh salju dan sebagian sangat licin. Saya berjalan perlahan menghindari jalan yang licin itu. Lalu di belakang saya ada segerombolan perempuan, mungkin usianya masih belasan. Mereka berjalan bersama, sangat bahagia dan tertawa lepas. Mereka tidak mengutuk jalan salju yang licin itu seperti yang saya lakukan. Alih-alih mengutuk, mereka berselunjur bersama di jalanan licin ini.  Melihat mereka, tak terasa air mata saya menetes sambil mengingat, kapan terkahir saya merasa sebahagia itu, hidup seperti tanpa beban. Kilas memori umur dua puluhan langsung berdatangan satu persatu. Berjalan di tengah hutan bersama teman-teman. Menikmati nasi bersama yang dihampar di atas daun, atau duduk bersama menatap bintang saat kami sedang di lapangan.  Pernah. Saya pernah sebahagia itu. Masa muda yang energik, fearless , dinamis.  Saya pun tersenyum. Tidak menyesali apa yang

Lima Puluh Persen: Menikmati Prosesnya

Lima puluh persen. Bulan ini menandai tengah periode perjalanan PhD saya di sini. Banyak yang terjadi, secara jiwa dan raga. Saya yang (bisa dibilang) suka sama riset, merasa passion saya di dunia penelitian ternyata berasa meleyot di perjalanan PhD ini.  Bisa dibilang, bukan riset yang bikin stress, tapi faktor-faktor lainnya. Impostor syndrome, masalah dengan supervisor, kesepian, burn out, relationship, dan lainnya. Ada kalanya saya menyesali proses yang saya jalani sekarang. Titik ini menghadirkan kesedihan yang saya tidak bayangkan sebelumnya.  Di titik ini,  saya mencoba mengurai satu persatu benang kusut. Saya pergi ke psikolog, bicara dengan teman, dan juga mencari saran dari beberapa teman. Pada akhirnya saya mendapat kesimpulan: inilah jalannya. Pelan-pelan bisa berjalan. Pasti ada makna yang tersirat, ada hikmah yang Allah kasih kepada saya melalui jalan ini.  Bisa jadi patah hati ini adalah cara Allah mengingatkan saya bahwa Dia masih ada. Ini caranya agar saya selalu mengi