Di musim panas yang meriah ini, ada hari dimana saya merasa hari saya terasa mendung. Semua terasa dingin seperti layaknya musim dingin. Di hari-hari itu, saya memutusakan untuk ke psikolog gratisan yang disediakan oleh kampus.
"Apa yang anda rasakan?", begitu tanyanya.
" I felt overwhelmed", saya menjawab.
Dari situ Ibu itu mengurai satu-satu keruwetan di pikiran saya. Menghadiri sesi psikolog tak serta merta membuat bahagia atau lega. Ada satu waktu, saya merasa sesi konsultasi ini membat saya merasa lebih terbebani. Ada hal yang serta merta saya ingin lupakan, tapi jadi kembali ke permukaan.
Bisa jadi, mungkin itulah prosesnya.
Ada satu waktu, saya mengutarakan bahwa saya merasa gagal karena tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik karena satu dan lain hal. Lalu, beliau memberi sebuah perumpamaan.
" Isi gelas satu orang dengan gelas yang lain itu sangat berbeda. Beban kamu dengan beban orang lain tentu beda. Somehow, beban kamu bisa saja lebih berat".
Mendengar itu, saya tertegun. Bisa jadi itu benar. Bisa jadi itu salah. Tapi, dipahami kalo beban saya sedikit berat dibanding orang lain saja, rasanya saya sedikit senang.
Lagi-lagi, mungkin itulah ilmunya psikolog agar bisa memahami kliennya.
Lalu, waktu konsultasi berakhir. Lagi-lagi, setiap keluar dari ruang konsultasi saya berpikir, bagaimana mereka bisa menampung semua keluh kesah banyak orang setiap hari.
Mungkin saya tidak cocok menekuni profesi itu.
Comments
Post a Comment