Genosida di sebuah sudut jakarta.
Muara Angke. Penduduk jakarta dan sekitaranya, pasti sudah tahu dimana letak muara angke, termasuk juga aroma sampah menyengat saat mengunjungi muara Angke. Tapi tak banyak yang tahu, bagaimana sejarah tempat itu dinamakan muara angke. Pada oktober 1740, ada peristiwa bersejarah yakni pembakaran sekitar 10 ribu imigran cina oleh balanda. awal mulanya, terjadi pemberontakan imigram cina kepada petugas belanda atas sikap semena-menan mereka yang memeras dan memperlakukan imigran cina secara tidak wajar.
Saking banyaknya mayat akibat pembantaian tersebut, air sungai sodetan kali Mookervart menjadi merah hingga disebut angke, yang dalam bahasa cina hokkian berrati kali merah. Peristiwa tersebut juga menyebabkan wabah kolera akibat banyaknya jenazah terlantar yang membusuk. (Lebih lengkap di sini)
###
Cuplikan cerita tersebut merupakan sepenggal cerita yanga da di dalam buku Batavia 1740. Bagi orang yang awam sejarah, pasti banyak yang beranggapan bahwa cerita sejarah jakarta terpusat di wilayah kota tua. Hal itu memang tak dapat disangkal, tapi sesungguhnya banyak perintilan-perintilan kecil yang menarik dikupas untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana sejarah jakarta terutama pada saat dikuasai oleh Batavia.
Batavia 1740, adalah buku non-fiksi oleh-oleh dari Banjarbaru Bookfair. Buku setebal 479 halaman full colour ini saya beli cuma tiga puluh rubu rupiah. Bayangkan, cuma 30 ribu untuk buku full colour hampir 500 halaman dengan isi yang sarat sejarah dan foto yang menarik. Jelas, untuk menulis buku ini diperlukan riset yang panjang. Dan sekali lagi, harganya cuma tiga puluh ribu. Angakat topi untuk sang penulis.
Meskipun berlabel buku sejarah, buku ini jauh dari kesan membosankan khas buku sejarah pada umunya. Foto-foto, bahasa populer dan ringan mengantar pembaca secara enjoy ntuk belajar sejarah kota jakarta.
Di buku ini, kita bis mengetahui hal-hal menarik antara lain hikayat si pitung, cerita tentang tanah abang, asinan, sejarah kota tua dan gedung-gedung bersejarah lainnya di jakarta, kebudayaan betawi dan akulturasinya dnegan berbagai budaya hingga cerita tentang jalan sabang dan sejarah nasi goreng kambing kebun sirih.
Saya sendiri sangat menikmati sajian-sajian sejarah ringan yang ada di buku ini, dan ketagihan untuk membacanya hingga tuntas. Mata kita juga dimanjakan dengan foto-foto yang simpel, menarik, dan sarat makna.
Comments
Post a Comment