Skip to main content

Workcation : Taman Nasional Sebangau

Pelabuhan Kereng
Dari awal lulus kuliah, kerjaan saya gak jauh-jauh dari masuk hutan.  Fieldwork ke lapangan cukup bikin seger karena sehari-hari saya gak jauh-jauh dari lab dan laminar. 

September kemarin, saya berkesempatan ke Taman Nasional Sebangau yang merupakan taman nasional dengan tipe habitat hutan rawa gambut. Meskipun ini bukan pertama kalinya saya mengunjungi hutan rawa gambut, tapi perjalanan ke taman nasional sebangau ini cukup berkesan. 

Untuk masuk taman nasioanal sebangau, kita mesti bikin Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi aka. Simaksi. Meskipun dari satu kementrian dan tujuan kami kesana untuk penelitian, kita tetap tak bisa bebas atau dapat diskon simaksi. Biaya simaksi adalah Rp.100.000/orang untuk sekali kedatangan. Sebagai informasi tambahan, untuk pengambilan sampel atau pemotretan dengan tujuan komersial akan dikenai biaya tambahan. 

Speed utuk Masuk Taman Nasional 
Untuk masuk ke wilayah taman nasional, satu-satunya jenis transportasi adalah transportasi air yakni menggunakan speed atau klotok. Kami menggunakan speed dari pelabuhan kereng yang letaknya kurang lebih 30 menit dari pusat kota Palangkaraya. Kebetulan, kami mendapatkan pinjaman speed dari Taman Nasional Sebangau. Jika ingin menggunakan transportasi umum, ada speed umum yang bisa digunakan. Speed ini beroperasi seminggu dua kali .

Dari pelabuhan kereng, jarak waktu yang ditempuh adalah sekitar 90 menit dengan menggunakan speed. Sepanjang perjalanan, tanaman Rasau atau pandan-pandanan cukup mendominasi di kanan kiri sungai. Sungai yang cukup berbelok-belok membuat perjalanan cukup asik apalagi angin cukup semilir. tapi cukup diingat juga cuaca sangat panas. Jadi, kudu siap sun block, topi, dan alat penahan sinar matahari lainnya.

Full Protection 
Setelah naik speed kira-kira 90 menit dengan kondisi cuaca yang menyenag, Alhamdulillah kami sampai di Camp SSI Taman Nasional Sebangau. Meskipun letaknya "in the middle of nowhere:, bisa dibiang camp ini cukup modern. Ada beberapa panel surya yang menyediakan listrik dan tandon air yang menyediakan air tawar. Untuk beristirahat, ada beberapa kamar yang bisa digunakan lengkap dengan kasur plus bantal. Bisa dibilang "housing" di sini oke banget.

Dari depan camp, bisa dilihat kanal-kanal yang telah dibendung. Wilayah Camp SSI ini merupakan daerah rehabilitasi lahan gambt dengan pembuatan kanal blocking atau penabatan. Hutan di sini merupakan jenis hutan sekunder, yang dulunya merupakan areal HPH.

Apa yang saya lakukan hingga jauh-jauh ke sini? cukup simpel. Cari sampel daun akar, dan tanah. Biarpun kedengarannya simpel, pencarian sampel ini ribet juga. Untuk mendapatkan sampel daun jenis yang dituju, kita hars muter-muter dan jika perlu memanjat pohon yang tidak bisa dibilang rendah.

Camp SSI 
Menara Api di Camp SSI 
Saat mengintip buku tamu Taman Nasional Sebangau ini, saya gak nyangka ternayta tamunya cukup banyak, bukan hanya didominasi oleh peneliti baik satwa ataupun tumbuhan. Berdasarkan informasi petugas di sana, banyak turis yang ingin merasakan hidup di tengah hutan. Itulah, alasan mereka jauh-jauh dan mahal-mahal wisata ke Sebangau. Nah, gimana? ada yang tertarik? saya pribadi sih, kalo bukan urusan dinas rasanya kok susah banget berwisata ke sini. Alasan utama, harga sewa speednya lebih mahal dibanding tiket mudik ke Jawa :(

Dermaga di dekat Camp SSI  










Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Informasi Biaya Persalinan di Banjarbaru

"Setiap anak ada rejekinya masing-masing" Begitu kata banyak orang. Meskipun demikian, perencanaan juga perlu, termasuk perencanaan keuangan pas mau melahirkan. Perubahan fisik ibu hamil juga pasti menuntut biaya yang tidak sedikit. Bra udah mulai ganti model ke model menyusui, baju-baju tanpa kancing bukaan depan sudah mulai disimpan. Itu baru untuk ibu. Jangan lupa juga siap-siap untuk calon dedek bayi yakni peralatan sehari-hari juga bajunya.  Sudah banyak banget yang bahas daftar perlengkapan apa saja untuk menyambut kelahiran dedek bayi. Namun, gak banyak yang kasih info biaya persalinan di banjarbaru kan.  Nah, buat ibu-ibu yang lagi itung-itung biaya persalinan di sekitaran banjarbaru..nyoh tak kasih infonya :)  Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda, Martapura  Persalinan Caesar                         : 18-23 juta Persalinan Normal                        :   8-12 juta Paket Sudah termasuk obat, ruangan, dokter, dll. Rincian tersebut dibedakan te

Cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin

Di blogpost kali ini, saya ingin cerita pengalaman saya cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin. Sharing tentang kegiatan TTC saya memang saya hindari selama ini. Tapi melihat informasi di internet yang minim tentang hal-hal berkaitan dengan usaha-usaha TTC di wilayah Kalimantan Selatan, saya jadi berubah pikiran. Saya akhirnya berfikir, siapa tahu artikel yang saya tulis bisa bermanfaat bagi banyak orang yang juga sedang berusaha untuk berusaha punya anak kayak saya. Biar saling menyemangati. Setelah hampir tiga tahun tak kunjung hamil, sudah cek ke dokter spesialis kesuburan dan dibilang normal, saya inisiatif sendiri untuk melakuakn cek HSG. Oh ya, cek HSG ini fungsinya untuk melihat apa ada penyumbatan di saluran indung telur. Di wilayah Banjarmasin,ada tiga rumah sakit yang melayani HSG. Pertama, RSUD ulin yang merupakan rumah sakit pemerintah. Kedua adalah RS sari mulia, Dan yang ketiga lupa hehheeh. Awalnya sih mikir mau ke RS Sari Mulia karena pasti pelayanannya baik, tapi

Maju Mundur Ikut Program Hamil di Banjarmasin

Sebenernya pengen keep secret usaha promil saya karena males ditanya-tanya. Tapi gak ada salahnya di-share, siapa tau ada yang perlu cari-cari info tentang tentang program hamil terutama di kota yang gak gede-gede banget dan gak kecil-kecil banget yakni di Banjarbaru ato Banjarmasin. Semangat ini muncul karena ternyata postingan tentang test HSG saya juga banyak yang baca...jadinya makin semangat biar lebih banyak yang baca dan muncul kesadaran tentang apa-apa yang akan saya ceritakan terutama masalah infertilitas yang masih dianggap sebagai hal yang memalukan. Padahal, yaa menurut kami sama aja kayak penyakit biasa yang bisa disembuhkan dan selalu ada harapan kok.  *** Jadi, saya menikah Februari 2014. Setelah menikah kami LDR Bogor-Batu licin (Kalsel), karena saya masih kudu sekolah S2. Lalu saya pindah ke Banjarbaru, eh suami saya dipindah ke Kalbar tepatnya di Ketapang. Kalo gak salah hampir setahunan. Lalu, suami resign dan pindah ke Kalimantan Tengah. Jadi, mending deh ket