Lalu, di apartemen saya yang tua. Saya seringkali bertemu dengan laki-laki, mungkin usianya medio 30 tahun. Dia selalu mengikatkan handuk putih di kepalanya. Dia orang spesial, kemana-mana menggunakan kursi roda. Lalu di tengah musim dingin yang menusuk tulang ini, saya tiba-tiba teringat pada laki-laki itu. Bagaimana dia keluar rumah saat salju setinggi ini. Roda di kursinya pasti susah berjalan di salju yang kadang licin kadang memenuhi jalan setapak.
Ada satu orang lagi yang membuat aku berpikir. Seorang nenek, mungkin tingginya 130 cm. Di petang sekitar jam 7 malam, aku biasanya bertemu nenek yang berjalannya sudah bungkuk itu. Dia membawa setumpuk baju yang sudah dicucinya di coin loundry d bawah gedung apartemen. Sepertinya dia tinggal sendiri di masa tuanya. Tapi dia selalu ramah dan menyapa.
Memikirkan mereka, saya disadarkan semua orang berjuang. Meskipun banyak orang yang bilang nyaman dan tenang hidup di negara maju, tapi rasanya pendapat itu tak sepenuhnya benar. Saat di kereta bawah tanah, semua orang lelah di jam-jam pulang kerja. Wajahnya kuyu dan letih. Tapi ada juga yang bercanda bahagia dengan teman-temannya.
Semua berjuang dengan perjuangannya masing-masing. Tak usah merasa paling letih. Semua letih. Semua punya masalah yang harus diselesaikan. Pada suatu titik, jika semua sudah selesai mungkin manusia itu tugasnya selesai di dunia.
Comments
Post a Comment