Berkunjung ke kota Pontianak tidaklah lengkap jika belum mengunjungi Tugu Khatulistiwa yang merupakan ciri khas kota ini. Letaknya tak jauh dari pusat kota Pontianak, cukup berkendara selama 30-40 menit saja. Sepanjang perjalanan suasana “Kalimantan” cukup terasa dengan sungai Kapuas sebagai pemandangan, sawit, dan tanahnya : tanah gambut.
Memasuki areal tugu khatulistiwa, saya langsung di sambut oleh sebuah tugu kokoh berwarna hitam yang membelah langit kota Pontianak. Tugu khatulistiwa tersebut tersusun dari empat pilar dan lingkaran di atasnya. Saya langsung penasaran untuk masuk ke dalam kubah yang terletak di bawah kubu untuk mengetahui informasi lebih banyak tentang tugu khatulistiwa ini.
Saat saya melangkah masuk ke dalam kubah tersebut, alangkah terkejutnya saya bahwa ternyata yang selama ini saya lihat di televisi, majalah, kaos ternyata bukan yang asli. Tugu yang menjulang tinggi tersebut adalah tugu tiruaan dan yang asli terdapat di dalam kubah dengan tinggi tugu hanya kurang lebih tiga meter saja!!!.
Saya memuaskan rasa penasaran mengenai informasi tugu ini dengan membaca papan-papan interpretasi yang tersedia. Papan informasi tersebut cukup lengkap menyajikan sejarah pembangunan tugu khatulistiwa, termasuk di dalamnya pemindahan tugu khatulistiwa karena koreksi titik nol derajat dan juga pembangunan tugu “palsu” untuk melindungi tugu yang asli. Di dalam kubah tersebut dipajang juga foto tugu khatulistiwa dari masa ke masa yang bisa menggambarkan betapa membanggakannya tugu ini. Satu lagi yang menurut saya paling menarik di dalam kubah tugu ini, yakni terdapat garis yang memisahkan belahan bumi utara dan selatan. Anda bisa berpindah posisi dari belahan bumi utara ke selatan atau sebaliknya dengan hanya beberapa detik saja!!!.
Setelah puas mendapat info di dalam kubah tugu khatulistiwa ini, saya langsung keluar kubah. Berharap dapat suasana wisata yang mendukung, nyatanya tidak ada. Hanya satu toko souvenir dan satu warung saja yang ada di sekitar komplek tugu khatulistiwa. Itupun menurut saya dikelola dengan sekedarnya saja. Sungguh sayang, aset wisata yang membanggakan ini tidak diimbangi dengan fasilitas lain yang memadai. Tapi kunjungan kali ini cukup membuat saya puas, menambah ilmu pengetahuan saya dan menambah kebanggaan saya terhadap Indonesia.
Saat saya melangkah masuk ke dalam kubah tersebut, alangkah terkejutnya saya bahwa ternyata yang selama ini saya lihat di televisi, majalah, kaos ternyata bukan yang asli. Tugu yang menjulang tinggi tersebut adalah tugu tiruaan dan yang asli terdapat di dalam kubah dengan tinggi tugu hanya kurang lebih tiga meter saja!!!.
Saya memuaskan rasa penasaran mengenai informasi tugu ini dengan membaca papan-papan interpretasi yang tersedia. Papan informasi tersebut cukup lengkap menyajikan sejarah pembangunan tugu khatulistiwa, termasuk di dalamnya pemindahan tugu khatulistiwa karena koreksi titik nol derajat dan juga pembangunan tugu “palsu” untuk melindungi tugu yang asli. Di dalam kubah tersebut dipajang juga foto tugu khatulistiwa dari masa ke masa yang bisa menggambarkan betapa membanggakannya tugu ini. Satu lagi yang menurut saya paling menarik di dalam kubah tugu ini, yakni terdapat garis yang memisahkan belahan bumi utara dan selatan. Anda bisa berpindah posisi dari belahan bumi utara ke selatan atau sebaliknya dengan hanya beberapa detik saja!!!.
Setelah puas mendapat info di dalam kubah tugu khatulistiwa ini, saya langsung keluar kubah. Berharap dapat suasana wisata yang mendukung, nyatanya tidak ada. Hanya satu toko souvenir dan satu warung saja yang ada di sekitar komplek tugu khatulistiwa. Itupun menurut saya dikelola dengan sekedarnya saja. Sungguh sayang, aset wisata yang membanggakan ini tidak diimbangi dengan fasilitas lain yang memadai. Tapi kunjungan kali ini cukup membuat saya puas, menambah ilmu pengetahuan saya dan menambah kebanggaan saya terhadap Indonesia.
Comments
Post a Comment