Pict : Safinah |
Aku penari. Ya, penari. Penari adalah profesi yang membuat orang memincingkan mata. Apa yang bisa kamu andalkan dar menari, begitu orang bilang. Kamu sama saja menjual badan kamu, lanjut mereka. Ya, hidup memang penuh dengan kata mereka. Mereka bilang ini dan mereka bilang itu.
Lalu?
Jangan dipikirkan. Itu kata Ibuku. Mereka cuma iri. Orang lain hanya bisa berkomentar tanpa bisa memberi saran yang membangun. Jika ada orang yang berkomentar, biarkan saja. Itu ibuku bilang.
Akibat mengacuhkan kata mereka aku bisa disini. Di depan stage ini, untuk konser tari balet perdanaku. Oh ya, bukan konser perdanaku, tapi kami. Aku dan Ana, saudara kembarku.
####
Tidak ada yang lebih mendebarkan daripada malam ini. Malam ini konser tunggal perdanaku. Oh bukan aku, tapi kami. Aku dan Ani, saudara kembarku. Oh ya, Namaku Ana. Seorang penari, 25 tahun.
Aku penari. Ya, penari. Penari adalah profesi yang membuat orang memincingkan mata. Apa yang bisa kamu andalkan dar menari, begitu orang bilang. Kamu sama saja menjual badan kamu, lanjut mereka. Ya, hidup memang penuh dengan kata mereka. Mereka bilang ini dan mereka bilang itu.
Lalu?
Jangan dipikirkan. Itu kata Ibuku. Mereka cuma iri. Orang lain hanya bisa berkomentar tanpa bisa memberi saran yang membangun. Jika ada orang yang berkomentar, biarkan saja. Itu ibuku bilang.
####
Konserku sukses. Oh bukan, konser kami maksudnya. Aku dan Ana. Tak ada yang lebih menyenangkan rasanya. Mungkin ini rasanya sama seperti pendaki yang berhasil menaklukkan himalaya, atau seorang Michael Angelo yang merampungkan patungnya. Seperti itu kepuasannya.
Beeep. Beep. Suara Handphoneku.
"Selamat sayang. Kamu ratu malam ini. Perfection is you ". begitu tertulis dalam pesan singkat yang dikirim dia kepadaku. Oh ya, dia Sama. Sama adalah instruktur baletku. Oh, bukan, Instruktur balet kami, Aku dan Ana.
Sudah satu tahun aku menjalin hubungan dengan Sama. Siapa yang bisa menolak pesona Sama. Instruktur balet ternama, tinggi, goodlooking. Mungkin seluruh wanita se-Jakarta akan memujanya dan rela mengorbankan apapun untuk mendapatkan dia. Termasuk aku.
Ya, aku mengorbankan segalanya untuk mendapatkan Sama. Salah satunya, adalah berusaha untuk tidak tahu aku pacar keberapa dari Sama. Sama punya banyak pacar. Aku tahu itu. Tapi, aku tak perduli. Aku senang, Sama senang. Tak ada yang terganggu.
Jangan peduli omongan orang. Mereka hanya iri. Itu kata Ibuku.
Lalu aku biarkan hubunganku dengan Sama berjalan seperti ini, tertutup rapi, tak ada yang tahu kecuali aku dan Sama. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, apalagi memikirkan apa kata mereka. Mereka cuma iri.
#####
Lampu panggung sudah redup. Gorden sudah tertutup. Konser baletku malam ini selesai. Oh, bukan konser baletku. Tapi Aku dan Ani. Lampu-lampu panggung yang berkilat, alunan piano yang berdenting mengiringi liukan badan kami itu bak oase menhilangkan dahaga kita. Aku, dan Ani. Kepuasan tiada tara yang aku dapat dari konser malam ini.
Beeep. Beep. Suara Handphoneku.
"Selamat sayang. Kamu ratu malam ini. Perfection is you ". Kalimat sederhana bermakna romantis ini dikirim oleh Sama. Sama adalah instruktur baletku. Dia tampan, baik, perhatian. Dia segalanya bagiku.
Aku dan sama hampir 10 bulan menjalin hubungan yang intens. Tak terhitung lagi berapa waktu yang aku habiskan bersama dia, tentu saja di sela-sela kesibukannya yang aku harus coba untuk mengerti. Dia instruktur balet ternama se Jakarta Raya ini.
Menahan cemburu, itu sudah keahlianku. Aku sadar, dia dipuja banyak orang. Tapi aku yakin, seperti dia meyakinkanku, bahwa cintanya hanya untukku. Jangan dengar apa kata orang lain tentang hubungan kita. Mereka cuma iri. Hubungan kita ini, hanya aku dan kamu. Kamu tak usah dengar apa orang lain bilang, mereka pasti cuma iri. Begitu Sama bilang.
Agar kita tetap profesional di Balet. Itu jawaban Sama, saat aku bertanya mengapa kita tak berterus terang saja ke khalayak tentang hubungan kita. Ya, sudah 10 bulan, tapi kita diam-diam pacaran. Tapi aku yakin pada Sama, dan tidak perduli orang lain bilang apa.
Toh, mereka cuma iri.
####
Message sent . Ani. Ana.
Kalimat ini tertulis di layar telepon genggamku. Tepat setelah lampu konser dipadamkan. Mereka berdua sempurna. Saking sempurnanya, aku tak bisa memilih satu diantara saudara kembar ini. Aku mau memiliki mereka berdua. Bagaimanapun caranya.
Tak usah dengar kata orang lain bilang apa. Mereka cuma iri.
Oh ya, perkenalkan. Aku Sama. 29 tahun. Aku menghabiskan sebagian waktuku sebagai instruktur balet. Sebagian lain, mengatur waktu dengan wanita-wanitaku. Ah, aku yakin kamu tahu apa maksudnya.
Comments
Post a Comment