Skip to main content

Jadi Emak-emak

Sehari setelah melangsungkan akad nikah, saya dan partner langsung bertolak ke Banjarbaru. Untuk yang tidak tahu dimana itu banjarbaru, itu loh salah satu kota di Kalimantan Selatan. Mengapa kesini, pertama partner ingin mengenalkan saya kota di mana saya akan bekerja nanti dan rencannya menetap di sini. Alasan kedua yakni karena dari Banjarbaru itu, kami akan menuju tempat kerja partner.

Banjarbaru rasa Kalimantan
Hal pertama yang ada di pikiran saya setelah menginjak kota ini adalah akhirnya saya kembali ke Kalimantan setelah hampir 2,5 tahun lalu saya meninggalkan Pontianak, Kalbar. Sebenarnya, tidak ada yang special dengan kota ini dan tidak ada yang aneh. Kota ini khas seperti kota-kota ibukota propinsi khas luar jawa. Sama seperti halnya saat saya pertama di Pontianak dan kebingungan dengan bahasa Melayu, disini saya kebingungan dengan bahasa banjar. Tapi tampaknya, bahasa Banjar ini lebh susah ketimbang bahasa Melayu Pontianak. Kata-katanya jauh sekali dari bahasa Indonesia.

Untungnya (selalu ada kata beruntung), masyarakat di sini banyak pendatang dari Jawa dan bahasa Jawa sepertinya sudah mulai saingan dengan bahasa banjar (Grin). Saat benar-benar di daerah banjar, tak lupa saya cicipin soto Banjar. Oh ya, soto banjar ini adalah menu favorit saya saat makan siang dulu saat masih kerja di Pontianak.

Setelah menghabiskan waktu tiga hari dua malam di Banjarbaru, kami menuju tempat kerja si partner di kebun sawit yang terletak di Batu Licin. Jalan lintas propinsinya sudah mulus ketimbang di Kalbar (2.5 tahun lalu). Perjalannya jauh seklai pemirsa, berangkat jam 3 dari Banjarbaru, sampai di rumah dinas jam 12 malam. Lalu, tibalah saya di daerah antahberantah, di tengah hutan dan kebon sawit.

Sinyal handphone tidak ada, apalagi internet. Hanya operator merah yang ada sinyal di sini. Jadi maklum ya, klo 2 minggu ini saya susah dihubungi atau tidak merespon segala bentuk obrolan, ucapan selamat dan lainnya.

Bukan masalah sinyal dan keterpencilan ini, masalah itu justru muncul dari luar..hihihihh..

Angkat Topi Untuk Ibu Rumah Tangga
Selama partener kerja, saya sedikit-sedikit mengolah data penelitian saya, dan kerjaan utama yakni Ibu rumah tangga. Rumah dinas yang kami tempati terllau luas, jadi butuh usaha besar untuk sekedar menyapu, apalagi mengepel.

Lalu, saya memasak sehari tiga kali biar banyak kegiatan dan tampak sibuk . Mencuci piring, dan juga mnecuci baju. Itu aja loh setiap hari, tapi percayaaaa…itu capek. Bukan capeknya yang jadi beben. Jenuhnya itu loh!. Tiba-tiba saya kangen lab yang dulu saya hindari. Saya ingat laminar saat nyuci pakaian. Saya ingat nyuci alat lab saat nyuci piring, yang kerjaannya sama tapi lebih menyenangkan.

Saya benar-benar salut untuk Ibu rumah tangga yang mendedikasikan waktunya di rumah. Saya bukan mendeskreditkan, tapi saya beneran salut atas keuletan dan semnagat pengabdian Ibu-ibu tersebut. Terlebih lagi, saat saya mengingat temna saya yang memiliki karir bagus tapi memutuskan untuk di bekerja di rumah.Subhanallah. Standing Applause…

Nah, kalo saya? Perlu adaptasi mungkin, perlahan-lahan ya..nanti terbiasa ….

Tantangan Sebenarnya..

Masalah keterpencilan dan pekerjaan rumah tangga itu tidak apa-apanya. Justru tantangan sebenarnya adalah saat saya harus berkumpul, nimbrung dengan Ibu-ibu kompleks staff. Ini dunia emak-emak..

Ini baru juga dua hari. Dituntut memahami obrolan ibu-ibu yang jujur saya susah ngerti. Diam di rumah di omogin, ikut nimbrung gak ngerti. Pasti diomongin juga. Oh ya, saya di sini dipanggil dengan nama Ibu Pring yang saya terjemahkan sendiri, yakni Ibu Bambu. Tetiba saya merasa 10 tahun lebih tua. Tak ada satupun yang Tanya nama asli saya. Sekejam inikah dunia Ibu-ibu? . Pas lagi kumpul dan saya gak pake lipstick juga dikomenin.

Saya yang juga baru beberapa hari merasa obrolan ibu-ibu ini lebih kejam daripada gunjingan Cut Tari di Insert. Oalah, kodrat wanita ya ternyata ngegosip. Yang ada di pikiran saya, ini Ibu-ibu ngomongin saya apa yaa di belakang. Trus, bener kan, kodrat wanita itu ngegosip. Ini saya, salah satunya. Ngegosipin mereka lewat blog.

Lalu…
Lalu saya bersyukur, bentar lagi keluar kebun. Itu saja, secuil kehidupan berumah tangga.. J

--- Mau masak, partner mau pulang :p---
  
24022014





Comments

  1. wkwkwkwk...bisa ngerti kan pusingnya di dunia bapak2 dan emak2 :D... gw juga suka pusing :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. nyampe sini jugaa.. iya dunia ini dunia emak-emak baru pertama udah ribet

      Delete
  2. hahaha... selamat datang di dunia emak-emak.. :D
    klo udh punya anak bakal lebih rempong lg safi,, tp menyenangkan lho,, hohoho

    ReplyDelete
  3. Anjing menggonggong kafilah berlalu....banyak lebah nguing nguing disekitar kita #ejoy aja :)

    ReplyDelete
  4. Mangkanya sering2 gaul ama gw.... Pasti jadi makin ahli gosip... hwekekekeke *devilmode-on*

    ReplyDelete
  5. klo masih single bisa komen juga ga ya? klo berdasarkan ibuk aq. Ibuk punya dua nama... di lingkungan RT/RW/Kelurahan ya dipanggil pake nama bapak... nah klo di lingkungan kerja dia dipanggil pake nama sendiri. Ntr klo dirimu dah ngantor juga sama mereun. dah ke soto banjar pak haji sapa gitu yg di bawah jalan layang? Kangen nih buuuu bambu (#langsung kabur takut dikeplak pringgo)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Informasi Biaya Persalinan di Banjarbaru

"Setiap anak ada rejekinya masing-masing" Begitu kata banyak orang. Meskipun demikian, perencanaan juga perlu, termasuk perencanaan keuangan pas mau melahirkan. Perubahan fisik ibu hamil juga pasti menuntut biaya yang tidak sedikit. Bra udah mulai ganti model ke model menyusui, baju-baju tanpa kancing bukaan depan sudah mulai disimpan. Itu baru untuk ibu. Jangan lupa juga siap-siap untuk calon dedek bayi yakni peralatan sehari-hari juga bajunya.  Sudah banyak banget yang bahas daftar perlengkapan apa saja untuk menyambut kelahiran dedek bayi. Namun, gak banyak yang kasih info biaya persalinan di banjarbaru kan.  Nah, buat ibu-ibu yang lagi itung-itung biaya persalinan di sekitaran banjarbaru..nyoh tak kasih infonya :)  Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda, Martapura  Persalinan Caesar                         : 18-23 juta Persalinan Normal                        :   8-12 juta Paket Sudah termasuk obat, ruangan, dokter, dll. Rincian tersebut dibedakan te

Cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin

Di blogpost kali ini, saya ingin cerita pengalaman saya cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin. Sharing tentang kegiatan TTC saya memang saya hindari selama ini. Tapi melihat informasi di internet yang minim tentang hal-hal berkaitan dengan usaha-usaha TTC di wilayah Kalimantan Selatan, saya jadi berubah pikiran. Saya akhirnya berfikir, siapa tahu artikel yang saya tulis bisa bermanfaat bagi banyak orang yang juga sedang berusaha untuk berusaha punya anak kayak saya. Biar saling menyemangati. Setelah hampir tiga tahun tak kunjung hamil, sudah cek ke dokter spesialis kesuburan dan dibilang normal, saya inisiatif sendiri untuk melakuakn cek HSG. Oh ya, cek HSG ini fungsinya untuk melihat apa ada penyumbatan di saluran indung telur. Di wilayah Banjarmasin,ada tiga rumah sakit yang melayani HSG. Pertama, RSUD ulin yang merupakan rumah sakit pemerintah. Kedua adalah RS sari mulia, Dan yang ketiga lupa hehheeh. Awalnya sih mikir mau ke RS Sari Mulia karena pasti pelayanannya baik, tapi

Maju Mundur Ikut Program Hamil di Banjarmasin

Sebenernya pengen keep secret usaha promil saya karena males ditanya-tanya. Tapi gak ada salahnya di-share, siapa tau ada yang perlu cari-cari info tentang tentang program hamil terutama di kota yang gak gede-gede banget dan gak kecil-kecil banget yakni di Banjarbaru ato Banjarmasin. Semangat ini muncul karena ternyata postingan tentang test HSG saya juga banyak yang baca...jadinya makin semangat biar lebih banyak yang baca dan muncul kesadaran tentang apa-apa yang akan saya ceritakan terutama masalah infertilitas yang masih dianggap sebagai hal yang memalukan. Padahal, yaa menurut kami sama aja kayak penyakit biasa yang bisa disembuhkan dan selalu ada harapan kok.  *** Jadi, saya menikah Februari 2014. Setelah menikah kami LDR Bogor-Batu licin (Kalsel), karena saya masih kudu sekolah S2. Lalu saya pindah ke Banjarbaru, eh suami saya dipindah ke Kalbar tepatnya di Ketapang. Kalo gak salah hampir setahunan. Lalu, suami resign dan pindah ke Kalimantan Tengah. Jadi, mending deh ket