Skip to main content

Lelaki Ular Tangga



Sore ini di dalam kereta. Aku menyaksikan sekumpulan anak bermain bola di tanah lapang , mengejar bola usang dari plastik sambil tertawa lebar tanpa beban. Aku juga melihat hamparan hijau sawah dengan burung-burung kuntul di atasnya, sesekali mereka terbang rendah berpindah dari satu titik ke titik lain. Ada juga seorang ibu dan anak yang duduk di depan rumah sederhana mereka yang melambaikan tangannya kepada kereta yang berlalu. 

Indah itu sederhana bukan?. Saat ini bagiku indah itu terbingkai di jendela kereta yang dimana aku duduk sekarang di bangku 14 A Gerbong 3 kereta jurusan Jakarta-Surabaya. Libur kahir pekan yang disusul dengan libur nasional di hari senin ini mmeberiku ruang gerak untuk hobiku,travelling. Siapa sih yang tak hobi travelling untuk melupakan sejenak rutinitas di kantor, atau rutinitas sehari-hari lainnya. Tapi hobiku ini sedikit berbeda karena Aku suka berpergian seoarng diri,. Yap, Solo traveller, begitu istilah populer yang dikenal orang kebanyakan. Untuk kali ini aku berniat mengunjungi seorang teman lama di Surabaya. Tidak terlalu jauh, tapi cukup ideal untuk perjalanan tiga hari. 

Saat sendiri, Aku bisa menikmati keindahan alam secara utuh dan maksimal, tanpa terganggu celoteh orang lain yang kadang lebih mengabadikan potret dirinya dibandingkan menikmati keindahan alam yang diciptakan Tuhan. Terdengar egois?, Ah, tak apa asalkan aku tidak menggangu orang lain. Berpergian seorang diri juga menyediakan waktu intim berdua antara aku dan diriku. Menarik bukan. Ah, rasanya terdengar seperti kampanye. Satu hal yang jelas, aku menikmati perjalanan kali ini. 

"Permisi."

Suara seorang lelaki membuyarkan lamunanku. 

"Silahkan," jawabku.

Aku menyaksikan dia mencocokkan nomer bangku di tiketnya dan nomer bangku yang terpampang di dekat kabin kereta. Aku punya teman seperjalanan. Lelaki ini jika boleh kutaksir, mungkin usianya tak jauh dengan usiaku. Secara tampang dia cukup lumayan. Berkacamata hitam persegi dengan frame tebal, tulang hidung yang tinggi, rambut ikal, tunggi sekitar 170 cm, bergaya kasual dengan t-shirt hijau dan jeans biru. Good looking, mungkin itu kata-kata yang pas menggambarkan penampilannya. 

Ah, kenapa aku memperhatikan dia secara detail? Baru juga beberapa menit aku melihatnya. Lelaki ini meletakkan tas ranselnya di kabin kereta dan langsung menempati kursi tepat di sampingku, bangku 14 B. Sudah cukup pengamatanku pada teman seperjalananku ini, aku lalu mengarahkan pandanganku lagi ke jendela. Aku melihat hamparan hijau padi yang menyejukkan mata. Pemandangan yang akan sulit didapat saat aku berpergian ke luar pulau jawa terutama di wilayah kalimantan. 

"Mbak," suara lelaki di bangku 14 B memanggilku.

"Eh iya, kenapa Mas?"

"Bosen gak?"

"Nggak tuh, memang kenapa?"

"Mau ngajakin main Ular tangga"

What? Main ular tangga d kereta. Ah, teman perjalanan kali ini rasanya cukup unik. 

"Hmmm, boleh"

Dia membuka meja makan lipat di depan kursinya, mengambil dompet kecil berisi alas permainan ular tangga serta perlengkapannya. Ada sepasang dadu berwarna hitam dan beberapa pion. Ular tangga yang dia bawah cukup kecil, mungkin ini yang dibilang versi mini. Hanya terdapat 30 petak warna-warni dilengkapi nomer di sebelah kiri atas kotak. Ada gambar tangga dan ular di antara kotak-kotak tersebut khas permainan ular tangga. 

"Selalu bawa permainan ular tangga kemana-mana?" tanyaku. 

"Gak juga, ini kebetulan saja untuk membunuh waktu. Siap bermain ?"

"Siap. Tak perlu modal apapun kan untuk bermain".

"Eh, bagaimana kalau kita taruhan ringan ?"

"Taruhan ? "

" Iya. Bagaimana kalau yang kalah harus ngomong selama 30 menit. Ngomong apa aja. ". 

"Hmmmm" Aku berfikir. Teman perjalanan yang aneh. Mana ada sih orang yang kepikiran bawa-bawa permainan ular tangga di kereta, dan taruhan dengan cara yang sangat aneh, berbicara 30 menit non-stop. 

"Gak berani ikut taruhan ?"

"Siapa takut. Jadi siapa yang mulai terlebih dahulu?"

Dia menyodorkan telapak tangannya yang sudah dikepal. "Batu, gunting, kertas!"

"Oke," Aku menimpali dan menyodorkan tanganku. 

"Batu, gunting, kertas", Aku dan lelaki di samping bangku berucap bersamaan. Tanganku mengepal menyerupai bentuk batu dan kulihat tangannya menyerupai bentuk kertas. 

"Yes. Aku duluan", dia tersenyum. Tangannya meraih sepasang dadu hitam lalu mengocok sepasang dadu itu di atas telapak tangannya. 

"Lima" dia berkata sambil melihat dadu yang masing-masing menunjukkan tiga titik dan dua titik di atasnya. Dia memindahkan pion merahnya. "Yes, naik tangga" ujarnya layaknya anak kecil. 

"Giliranku. Tujuh." Aku menggerakkan pionku. Lalu dia mengocok dadu di tangannya. Lalu aku. Begitu seterusnya. Ada tangga, ada ular. Pion yang berada di kotak bergambar tangga bisa naik , dan pion yang berada di kotak bergambar kepala ular harus turun ke kotak dimana ekor ular berada. 

"Yah aku turun ", ucap dia. Aku hanya tersenyum sambil memerhatikan mimik wajahnya. Ah, seperti bocah yang kalah main kelereng. 

"Suka banget ya main ular tangga?" tanyaku 

"Asik aja, ibarat permainan kehidupan"

"Kok bisa? " tanyaku lagi. "Yes, dadu 6" Aku memindahkan pionku 6 kotak dari kotak nomor 22 ke nomor 28.

"Kan dalam hidup pasti ada yang naik, pasti ada yang turun", kata dia sambil memindahkan pion merahnya sesuai dengan angka hasil kocokan dadu. 

"Dua daaaaan Hore !!!! " teriakku senang saat melihat dadu monopoli masing-masing menunjukkan satu titik. Aku memindahkan pionku dua kotak ke nomer 30, nomer kemenangan di game ular tangga ini ." Aku menang "

" Hmmm tumben sekali aku kalah" keluhnya

"Seperti kamu bilang, kehidupan itu seperti ular tangga kadang di atas kadang di bawah", timpalku dengan tersenyum. "Oh ya tentang taruhan itu, kamu tidak lupa kan? "

" Hahahhah" dia tersenyum keras. " Aku yang menentukan taruhannya, aku yang kalah, dan aku bingung sekarang harus ngomong apa" 

"Baiklah, mungkin aku bisa beri topik untukmu"

"Itu lebih baik sepertinya"

"Apa makna ular tangga buatmu? " tanyaku. 

"Seperti yang aku bilang tadi, permainan ular tangga itu ibarat kehidupan. Kita terus berjalan. Ada suatu waktu yang mengantarkan kita melejit ke atas, ada juga suatu waktu yang membuat kita turun kembali ke titik awal kita berada. Setuju ?"

Aku manggut-manggut. Ah, sedari kecil aku bermain ular tangga aku tak pernah berfikir tentang filosofi permainan ini. Aku ayang malas berfikir atau lelaki di samping bangku ini yang terlalu banyak berfikir. 

"Hal terpenting adalah terus bergerak, mengocok dadu, berjalan karena ada kejutan-kejutan tak terduga di perjalanan itu, " dia melanjutkan. 

"Apa jadinya jika kita tetap diam karena sudah diposisi atas?", timpalku

"Diam itu artinya mati . Lagipula ada peluang-peluang yang bisa kita pelajari dalam proses perjalanannya", dia menanggapi . " Bukankah banyak teori peluang diajarkan di sekolah?, begitupulah peluang kehidupan,"

Aku termangu. Ah, siapakah lelaki di samping bangkuku ini, seorang filsuf? . Di kerta ini aku seakan sedang mendapat kuliah filsafat. 

"Sudah 30 menit, " katanya. "Ternyata aku tak perlu berkata banyak, karena banyak jeda yang kamu buat sendiri," ucapnya sambil tersenyum. 

"Ah benar, tak terasa." 

Aku melirik jam tangan di pergelangan tangan kiriku. Ah, sudah jam 10 malam. Aku melongok ke luar jendela kereta , gelap. Ada sedikit titk-titik lampu. Mungkin ini daerah persawahan. Tak terasa waktu cepat berlalu, dan dia benar ular tangga membunuh waktu. 

"Eh Mas, makasih ya, ajakannya main ular tangga," ucapku.

"Ah sama-sama. Terima kasih juga sudah mau menjadi lawan main saya kali ini. Sudah waktunya istirahat mbak..,."

Aku menganggukkan kepala tanda setuju. Aku melempar pandangan ke luar jendela. Merenungkan apa yang diucapkan oleh lelaki di samping bangku kereta ini. Diam itu artinya mati . Hal yang terbaik adalah terus bergerak karena banyak kejutan di depan sana. 

Siapa nama lelaki di sampingku ini?, ah aku lupa bertanya. Aku menolehkan wajah ke arahanya, kulihat dia sudah menutup mata. Besok saja aku bertanya. Sekarang aku rasa mataku berat tertindih rasa kantuk. 

Cahaya emas matahari mulai masuk ke jendela kereta. Perlahan-lahan aku membuka mata. Rasanya aku kesiangan, padahal ibadah shalat subuh belum aku tunaikan. Aku melangkahkan kakiku menuju toilet yang ada di ujung gerbong untuk mengambil air wudhlu, dan segera menunaikan shalat subuh. 

Setelah menunaikan shalat subuh aku tersadar, lelaki ular tangga di sampingku sudah turun. Mungkin dia turun dini hai tadi di stasiun kota semarang. Sayang sekali, aku belum bertanya siapa namanya. Dia setidaknya sudah menjadi teman perjalanan yang mewarnai perjalananku kali ini. 

Eh menatap bangku kosong sang teman perjalananku. Tunggu, aku melihat ada plastik kecil berisi permainan ular tangga yang kita mainkan semalam dan secarik kartu nama disitu. 

Mahesa Prakoso. 

Aku membalik kartu nama itu dan membaca ada sedikit catatan tercantum di situ. 

Aku tinggalkan ular tangga ini untukmu, untuk membunuh waktumu, mendapatkan teman baru. Satu hal lagi yang penting, terus bergerak. 

Regards, 

Mahes
(Call me, maybe ...) 

Jadi, lelaki ular tangga ini namanya Mahes. Aku tersenyum, lalu menyimpan kartu namanya dalam dompet, megarahkan pandangku ke luar jendela kereta dan terus bergerak untuk perjalanan baru. 


:: Perayaan Modem Baru, pembunuh waktuku :: 

Comments

  1. ceritanya bagus kak ! Tapi cerpen kakak emang selalu bagus aku rasa haha :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Informasi Biaya Persalinan di Banjarbaru

"Setiap anak ada rejekinya masing-masing" Begitu kata banyak orang. Meskipun demikian, perencanaan juga perlu, termasuk perencanaan keuangan pas mau melahirkan. Perubahan fisik ibu hamil juga pasti menuntut biaya yang tidak sedikit. Bra udah mulai ganti model ke model menyusui, baju-baju tanpa kancing bukaan depan sudah mulai disimpan. Itu baru untuk ibu. Jangan lupa juga siap-siap untuk calon dedek bayi yakni peralatan sehari-hari juga bajunya.  Sudah banyak banget yang bahas daftar perlengkapan apa saja untuk menyambut kelahiran dedek bayi. Namun, gak banyak yang kasih info biaya persalinan di banjarbaru kan.  Nah, buat ibu-ibu yang lagi itung-itung biaya persalinan di sekitaran banjarbaru..nyoh tak kasih infonya :)  Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda, Martapura  Persalinan Caesar                         : 18-23 juta Persalinan Normal                        :   8-12 juta Paket Sudah termasuk obat, ruangan, dokter, dll. Rincian tersebut dibedakan te

Cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin

Di blogpost kali ini, saya ingin cerita pengalaman saya cek HSG di RSUD Ulin Banjarmasin. Sharing tentang kegiatan TTC saya memang saya hindari selama ini. Tapi melihat informasi di internet yang minim tentang hal-hal berkaitan dengan usaha-usaha TTC di wilayah Kalimantan Selatan, saya jadi berubah pikiran. Saya akhirnya berfikir, siapa tahu artikel yang saya tulis bisa bermanfaat bagi banyak orang yang juga sedang berusaha untuk berusaha punya anak kayak saya. Biar saling menyemangati. Setelah hampir tiga tahun tak kunjung hamil, sudah cek ke dokter spesialis kesuburan dan dibilang normal, saya inisiatif sendiri untuk melakuakn cek HSG. Oh ya, cek HSG ini fungsinya untuk melihat apa ada penyumbatan di saluran indung telur. Di wilayah Banjarmasin,ada tiga rumah sakit yang melayani HSG. Pertama, RSUD ulin yang merupakan rumah sakit pemerintah. Kedua adalah RS sari mulia, Dan yang ketiga lupa hehheeh. Awalnya sih mikir mau ke RS Sari Mulia karena pasti pelayanannya baik, tapi

Maju Mundur Ikut Program Hamil di Banjarmasin

Sebenernya pengen keep secret usaha promil saya karena males ditanya-tanya. Tapi gak ada salahnya di-share, siapa tau ada yang perlu cari-cari info tentang tentang program hamil terutama di kota yang gak gede-gede banget dan gak kecil-kecil banget yakni di Banjarbaru ato Banjarmasin. Semangat ini muncul karena ternyata postingan tentang test HSG saya juga banyak yang baca...jadinya makin semangat biar lebih banyak yang baca dan muncul kesadaran tentang apa-apa yang akan saya ceritakan terutama masalah infertilitas yang masih dianggap sebagai hal yang memalukan. Padahal, yaa menurut kami sama aja kayak penyakit biasa yang bisa disembuhkan dan selalu ada harapan kok.  *** Jadi, saya menikah Februari 2014. Setelah menikah kami LDR Bogor-Batu licin (Kalsel), karena saya masih kudu sekolah S2. Lalu saya pindah ke Banjarbaru, eh suami saya dipindah ke Kalbar tepatnya di Ketapang. Kalo gak salah hampir setahunan. Lalu, suami resign dan pindah ke Kalimantan Tengah. Jadi, mending deh ket