Kerap kali aku Ia melihat orang lain. Berpuluh gambar, foto, dan video dikoleksi, sebagai kenangan katanya. Tapi ia berbeda. Ia tak punya berpuluh foto apalagi video. Terlalu sedih mengenang kenangan, katanya.
Pernah ia mencoba mengabadikan memori otaknya dalam sebuah buku harian. Tapi blom beberapa lembar terkumpul, lembaran-lembaran itu dirobeknya. Terlalu banyak kesedihan, tak patut diabadikan katanya.
Seperti kebanyakan orang yang membuat kliping gambar tentang sebuah kenangan, ia juga pernah. Namun tak ada yang patut dikenang. Semua biasa dan membuatku mengenang kesedihan. Mengabadikan masa lalu hanyalah mengulangi kesedihan saja, pikirnya. Dihapus saja, disobek atau bahkan dibakar. Ia tak butuh kenangan. Ia memilih melupakannya, cara dia untuk berdamai dengan memori.
Pernah ia mencoba mengabadikan memori otaknya dalam sebuah buku harian. Tapi blom beberapa lembar terkumpul, lembaran-lembaran itu dirobeknya. Terlalu banyak kesedihan, tak patut diabadikan katanya.
Seperti kebanyakan orang yang membuat kliping gambar tentang sebuah kenangan, ia juga pernah. Namun tak ada yang patut dikenang. Semua biasa dan membuatku mengenang kesedihan. Mengabadikan masa lalu hanyalah mengulangi kesedihan saja, pikirnya. Dihapus saja, disobek atau bahkan dibakar. Ia tak butuh kenangan. Ia memilih melupakannya, cara dia untuk berdamai dengan memori.
Comments
Post a Comment