Namaku Rissa, 19 tahun. Hampir lima bulan aku bekerja di toko perhiasan. Hmm….kerja di toko perhiasan, banyak hal-hal yang menarik yang aku temui. Pengalaman favoritku kerja di sini adalah merasakan percikan-percikan cinta pasangan terutama pasangan yang datang ke toko ini untuk membeli cincin pertunangan atau pernikahan.
Dari sekian banyak muka berseri-seri dan bahagia, ada kisah unik yang wajib aku ceritakan untuk pembelajaran kita bersama.
Sore itu ada pasangan paruh baya datang ke toko tempat aku bekerja. Seperti pasangan umumnya yang datang ke sini, wajahnya menyinarkan kebahagiaan cinta. Hmm..betapa serasinya dua sejoli ini walau sudah umur empat puluhan tapi masih terlihat sangat mesra.Sang wanitanya berambut pendek sebahu dengan guratan keriput yang mulai tampak dan pasangannya tinggi besar dengan perut tambun. Pasangan ini terus berpegangan tangan. Keduanya tak henti saling menatap penuh cinta, membuat aku iri saja.
“Mbak..Mbak..”, lamunanku langsung buyar saat pelanggan yang tak lain wanita paruh baya itu memanggilku.
“Ya, ada yang bisa saya bantu”, kalimat ajaibku saat ada calaon pembeli datang.
“Kami mau pesan cincin, coba lihat yang disudut itu”, tangan sang wanita paruh baya menunjuk ke sudut meja.
Aku pun melayani mereka dengan senyum. Ya, adanya pengaruh orang yang jatuh cinta sepertinya positif.
“Yang ini aja ya mbak, tapi diameter jarinya lebih kecil ya..”, pinta sang wanita paruh baya.
“Bisa bu, nanti kami pesankan dan beberapa hari lagi pasti pesanannya jadi. Untuk bulan madu kedua ya Bu?”, Godaku.
“Iya dong Mbak, biar awet terus. Iya kan sayang?”, seraya memeluk pinggang pasangannya. Aduh, mesranya. Aku jadi iri saja dan berandai-andai aku punya pasangan setiia seperti Ibu dan Bapak ini.
“Masalah pembayaran bisa dilakukan di kasir Ibu, jika barang pesanan Ibu sudah jadi kami akan langsung informasikan melalui telepon “, jelasku.
Beberapa hari berikutnya, seperti biasa saat barang pesanan sudah datang aku langsung menelpon pelanggan.
“Selamat siang dari toko perhisan permata, bisa bicara dengan ibu Ratna Wulandari?”,tanyaku.
“Iya, ini saya suaminya”, terdengar suara, rupanya suaminya.
” Iya Pak, sepasang cincin yang sudah dipesan sudah jadi dan bisa diambil segera di toko kami”, jelasku
“Cincin yang mana ya?”, suara dari ujung telepon kebingungan.
“Cincin yang dipesan tanggl 5 Januari Pak, kan saat itu Bapak juga bareng sama Ibu Ratna pesan Cincin”, jelasku lagi.
“Apa-apaan ini, saya tidak pernah pesan cincin!”, suara bapak itu meninggi dan penuh emosi lalu menutup sambungan telepon.
Kira-kira empat puluh menit setelah telpon itu, datang pasangan paruh baya ke toko perhiasan tempat aku bekerja. Wah, aku terkejut bukan main. Wanita yang sama yang memesan cincin tetapi dengan pria yang berbeda, bukan lelaki tinggi besar berperut tambun.
“Benar, Dia yang memesan cincin?”, tanya sang bapak dengan emosi sambil jarii telunjuknya terarah pada istrinya.
Aduh, aku bingung bagaimana jawabnya.
“Sebentar ya Bapak, saya lihat dulu datanya”, jawabku seraya menyibukkan diri. Aku pun menuju ke ruangan bosku yang sekaligus pemilik toko perhiasan ini dan meminta sarannya untuk mengatasi sedikit kekacuan ini.
“Maaf Bapak, sepertinya saat menelpon tadi saya salah nomor. Pesanannya memang Ibu Ratna Wulandari, tapi sepertinya bukan dengan Ibu Ratna Wulandari yang ini”, aku mencoba menjelaskan seperti instruksi bosku.
” Gimana sih, hampir bikin rumah tangga berantakan saja”, bentak sang bapak kepadaku.
“Maaf pak..”, aku menanggapi lirih.
“Ya sudah”, ucap sang bapak seraya berjallan mmeninggalkan toko dan memeluk pinggang Istrinya. Aku menatap mereka, dan dari kejauhan sang Ibu tersenyum kepadaku. Aduh, percintaan orang dewasa memang aneh.
Dari sekian banyak muka berseri-seri dan bahagia, ada kisah unik yang wajib aku ceritakan untuk pembelajaran kita bersama.
Sore itu ada pasangan paruh baya datang ke toko tempat aku bekerja. Seperti pasangan umumnya yang datang ke sini, wajahnya menyinarkan kebahagiaan cinta. Hmm..betapa serasinya dua sejoli ini walau sudah umur empat puluhan tapi masih terlihat sangat mesra.Sang wanitanya berambut pendek sebahu dengan guratan keriput yang mulai tampak dan pasangannya tinggi besar dengan perut tambun. Pasangan ini terus berpegangan tangan. Keduanya tak henti saling menatap penuh cinta, membuat aku iri saja.
“Mbak..Mbak..”, lamunanku langsung buyar saat pelanggan yang tak lain wanita paruh baya itu memanggilku.
“Ya, ada yang bisa saya bantu”, kalimat ajaibku saat ada calaon pembeli datang.
“Kami mau pesan cincin, coba lihat yang disudut itu”, tangan sang wanita paruh baya menunjuk ke sudut meja.
Aku pun melayani mereka dengan senyum. Ya, adanya pengaruh orang yang jatuh cinta sepertinya positif.
“Yang ini aja ya mbak, tapi diameter jarinya lebih kecil ya..”, pinta sang wanita paruh baya.
“Bisa bu, nanti kami pesankan dan beberapa hari lagi pasti pesanannya jadi. Untuk bulan madu kedua ya Bu?”, Godaku.
“Iya dong Mbak, biar awet terus. Iya kan sayang?”, seraya memeluk pinggang pasangannya. Aduh, mesranya. Aku jadi iri saja dan berandai-andai aku punya pasangan setiia seperti Ibu dan Bapak ini.
“Masalah pembayaran bisa dilakukan di kasir Ibu, jika barang pesanan Ibu sudah jadi kami akan langsung informasikan melalui telepon “, jelasku.
Beberapa hari berikutnya, seperti biasa saat barang pesanan sudah datang aku langsung menelpon pelanggan.
“Selamat siang dari toko perhisan permata, bisa bicara dengan ibu Ratna Wulandari?”,tanyaku.
“Iya, ini saya suaminya”, terdengar suara, rupanya suaminya.
” Iya Pak, sepasang cincin yang sudah dipesan sudah jadi dan bisa diambil segera di toko kami”, jelasku
“Cincin yang mana ya?”, suara dari ujung telepon kebingungan.
“Cincin yang dipesan tanggl 5 Januari Pak, kan saat itu Bapak juga bareng sama Ibu Ratna pesan Cincin”, jelasku lagi.
“Apa-apaan ini, saya tidak pernah pesan cincin!”, suara bapak itu meninggi dan penuh emosi lalu menutup sambungan telepon.
Kira-kira empat puluh menit setelah telpon itu, datang pasangan paruh baya ke toko perhiasan tempat aku bekerja. Wah, aku terkejut bukan main. Wanita yang sama yang memesan cincin tetapi dengan pria yang berbeda, bukan lelaki tinggi besar berperut tambun.
“Benar, Dia yang memesan cincin?”, tanya sang bapak dengan emosi sambil jarii telunjuknya terarah pada istrinya.
Aduh, aku bingung bagaimana jawabnya.
“Sebentar ya Bapak, saya lihat dulu datanya”, jawabku seraya menyibukkan diri. Aku pun menuju ke ruangan bosku yang sekaligus pemilik toko perhiasan ini dan meminta sarannya untuk mengatasi sedikit kekacuan ini.
“Maaf Bapak, sepertinya saat menelpon tadi saya salah nomor. Pesanannya memang Ibu Ratna Wulandari, tapi sepertinya bukan dengan Ibu Ratna Wulandari yang ini”, aku mencoba menjelaskan seperti instruksi bosku.
” Gimana sih, hampir bikin rumah tangga berantakan saja”, bentak sang bapak kepadaku.
“Maaf pak..”, aku menanggapi lirih.
“Ya sudah”, ucap sang bapak seraya berjallan mmeninggalkan toko dan memeluk pinggang Istrinya. Aku menatap mereka, dan dari kejauhan sang Ibu tersenyum kepadaku. Aduh, percintaan orang dewasa memang aneh.
Comments
Post a Comment