Galeri Lukisan
Rio berdiri di sudut ruang tersenyum puas melihat banyaknya pujian yang ia dulang dari karyanya pada pameran kali ini. Karyanya yang ia buat berbulan-bulan menjadi buah bibir di antara seluruh pengamat seni di negeri ini.
Kania
Kania terbaring telanjang di atas sofa merah. Tubuh indahnya hanya tertutupi kain tipis berwarna merah yang serasi dengan warna bibirnya yang merekah. Kaki jenjangnya terangkat pada sandaran kursi. Merahnya sempurna, demikian kata sang pengamat memandang kania yang terwujud dua dimensi bermedia kanvas.
Kania menuai pujian dan terjual dengan harga sangat tinggi.
======
Rumah Rio
Rio tak bekedip saat mencampur cairan merah berbau anyir dengan cat minyaknya.
“Warna merah sempurna”, kata Rio dalam hati kemudian mengaduk lagi cairan itu dengan cat minyaknya hingga tercampur rata lalu menggoreskannya dalam kanvasnya.
“Aku butuh warna kulit yang sempurna”, Rio berbicara pada dirinya sendiri seraya memisahkan lapisan tipis dari daging, mencincang, memerasnya lalu mencampurkannya ke dalam cat minyaknya dan menggoreskannya di atas kanvas.
Sempurna, Rio tertawa kecil.
=====
Harian Mentari, 31 Januari 2007
Ditemukan mayat seorang wanita dalam sebuah kantong hitam. Mayat tersebut sulit diidentifikasi karena mayat tersebut merupakan korban mutilasi. Dalam kantong hitam itu terdapat beberapa potongan tubuh, tetapi potongan tubuh itu sudah dikuliti sehingga mempersulit polisi untuk mengidentifikasi korban. Diperkirakan masih ada potongan tubuh lain yang dibuang terpisah…………
=====
Malam, di suatu Sudut Kota
“Hei, kesinilah”, Rio membuka pintu mobilnya.
Perempuan yang berdiri di sudut jalan itu dengan senyum renyahnya menghampiri Rio di mobilnya. Roknya teramat pendek dan membuat mata Rio tak berkedip melihat keindahan kaki jenjang itu.
“Kau cantik sekali. Siapa namamu?”, tanya Rio dengan mata tak beranjak dari kaki indahh perempuan itu.
“Kania”, perempuan itu menjawab manja.
====
Pontianak, 31012011
Rio berdiri di sudut ruang tersenyum puas melihat banyaknya pujian yang ia dulang dari karyanya pada pameran kali ini. Karyanya yang ia buat berbulan-bulan menjadi buah bibir di antara seluruh pengamat seni di negeri ini.
Kania
Kania terbaring telanjang di atas sofa merah. Tubuh indahnya hanya tertutupi kain tipis berwarna merah yang serasi dengan warna bibirnya yang merekah. Kaki jenjangnya terangkat pada sandaran kursi. Merahnya sempurna, demikian kata sang pengamat memandang kania yang terwujud dua dimensi bermedia kanvas.
Kania menuai pujian dan terjual dengan harga sangat tinggi.
======
Rumah Rio
Rio tak bekedip saat mencampur cairan merah berbau anyir dengan cat minyaknya.
“Warna merah sempurna”, kata Rio dalam hati kemudian mengaduk lagi cairan itu dengan cat minyaknya hingga tercampur rata lalu menggoreskannya dalam kanvasnya.
“Aku butuh warna kulit yang sempurna”, Rio berbicara pada dirinya sendiri seraya memisahkan lapisan tipis dari daging, mencincang, memerasnya lalu mencampurkannya ke dalam cat minyaknya dan menggoreskannya di atas kanvas.
Sempurna, Rio tertawa kecil.
=====
Harian Mentari, 31 Januari 2007
Ditemukan mayat seorang wanita dalam sebuah kantong hitam. Mayat tersebut sulit diidentifikasi karena mayat tersebut merupakan korban mutilasi. Dalam kantong hitam itu terdapat beberapa potongan tubuh, tetapi potongan tubuh itu sudah dikuliti sehingga mempersulit polisi untuk mengidentifikasi korban. Diperkirakan masih ada potongan tubuh lain yang dibuang terpisah…………
=====
Malam, di suatu Sudut Kota
“Hei, kesinilah”, Rio membuka pintu mobilnya.
Perempuan yang berdiri di sudut jalan itu dengan senyum renyahnya menghampiri Rio di mobilnya. Roknya teramat pendek dan membuat mata Rio tak berkedip melihat keindahan kaki jenjang itu.
“Kau cantik sekali. Siapa namamu?”, tanya Rio dengan mata tak beranjak dari kaki indahh perempuan itu.
“Kania”, perempuan itu menjawab manja.
====
Pontianak, 31012011
Comments
Post a Comment