Aku dan Kamu berjalan berdua ke pasar malam ini.
" Kamu mau naik Roller Coaster?', tanyamu.
" Tidak, Aku takut. Kita coba permainan lain", kataku sambil melihat keramain di sekeliling pasar malam ini.
Kamu tidak menjawab lagi, diam. Lalu kamu meraih tanganku menuju sudut pasar malam ini. Kamu membelikanku arum manis dan kita duduk sambil memakan arum manis yang kau beli. Kamu pun mulai berceloteh.
" Kamu lihat orang-orang di sana?", seraya menunjuk orang-orang yang mengantri untuk naik permainan roller coaster.
"Iya", Aku mengangguk sambil terus menikmati manisnya arum manis ini.
" Banyak orang yang naik permainan itu karena ingin merasakan kejutan dari permainan itu. Tapi jika roller coaster itu sudah bergerak, mereka berteriak-teriak ingin berhenti, padahal roller coaster hanyalah roller coaster dan semua tahu itu aman", ujarmu.
"Lalu?", tanyaku lagi.
" Itu sama saja dengan kamu menentukan petualanganmu tapi kamu ingin berhenti di tengah jalan. Padahal saat hendak naik roller coaster kamu tahu dibalik semua yang akan terjadi, perasaan mual, berdebar dan kamu tahu itu aman. Begitupun keputusan yang kau ambil dalam hidup. Tak usah cemas, kita hidup seperti permainan roller coaster. Perasaan gagal, sedih, berdebar, atau menyenangkan adalah bumbu dari satu paket permainan hidupmu dan semua itu aman layaknya roller coaster pada rel-nya". Jelasmu lagi.
Aku terdiam sejenak. Arum manisku sudah habis, lalu aku berkata padamu "Ayo kita naik Roller coaster".
Kau langsung berdiri lalu menggenggam tanganku dan menuntunku mengikuti antrian orang untuk naik permainan roller coaster.
====================
#Terinspirasi dari buku paulo coelho "Eleven Minutes"
" Kamu mau naik Roller Coaster?', tanyamu.
" Tidak, Aku takut. Kita coba permainan lain", kataku sambil melihat keramain di sekeliling pasar malam ini.
Kamu tidak menjawab lagi, diam. Lalu kamu meraih tanganku menuju sudut pasar malam ini. Kamu membelikanku arum manis dan kita duduk sambil memakan arum manis yang kau beli. Kamu pun mulai berceloteh.
" Kamu lihat orang-orang di sana?", seraya menunjuk orang-orang yang mengantri untuk naik permainan roller coaster.
"Iya", Aku mengangguk sambil terus menikmati manisnya arum manis ini.
" Banyak orang yang naik permainan itu karena ingin merasakan kejutan dari permainan itu. Tapi jika roller coaster itu sudah bergerak, mereka berteriak-teriak ingin berhenti, padahal roller coaster hanyalah roller coaster dan semua tahu itu aman", ujarmu.
"Lalu?", tanyaku lagi.
" Itu sama saja dengan kamu menentukan petualanganmu tapi kamu ingin berhenti di tengah jalan. Padahal saat hendak naik roller coaster kamu tahu dibalik semua yang akan terjadi, perasaan mual, berdebar dan kamu tahu itu aman. Begitupun keputusan yang kau ambil dalam hidup. Tak usah cemas, kita hidup seperti permainan roller coaster. Perasaan gagal, sedih, berdebar, atau menyenangkan adalah bumbu dari satu paket permainan hidupmu dan semua itu aman layaknya roller coaster pada rel-nya". Jelasmu lagi.
Aku terdiam sejenak. Arum manisku sudah habis, lalu aku berkata padamu "Ayo kita naik Roller coaster".
Kau langsung berdiri lalu menggenggam tanganku dan menuntunku mengikuti antrian orang untuk naik permainan roller coaster.
====================
#Terinspirasi dari buku paulo coelho "Eleven Minutes"
nice :D
ReplyDeleteSaphiieeee.....ayuk naek roller coster
ReplyDelete